Ukraina terus meningkatkan tekanan terhadap Rusia dengan serangkaian serangan signifikan. Setelah gelombang serangan drone yang menyasar pangkalan militer di wilayah Rusia, kini Jembatan Krimea menjadi target utama.
Dinas intelijen Ukraina (SBU) mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap Jembatan Krimea pada Selasa (3/6/2025). Mereka menyatakan menggunakan 1.100 kilogram bahan peledak yang diledakkan di bawah air, menyebabkan kerusakan pada pilar penyangga jembatan yang vital bagi pasokan pasukan Rusia. SBU bahkan merilis video yang memperlihatkan ledakan di dekat pilar jembatan.
Jembatan sepanjang 19 kilometer ini, yang melintasi Selat Kerch, merupakan satu-satunya jalur langsung antara jaringan transportasi Rusia dan Semenanjung Krimea, wilayah yang dicaplok Moskow pada 2014. Proyek ambisius Presiden Vladimir Putin ini terdiri dari jalan raya dan jalur kereta api yang dibangun di atas panggung beton.
Jembatan Krimea memainkan peran penting dalam invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Pasukan Rusia menggunakannya untuk mencapai Krimea dan melanjutkan serangan ke wilayah Kherson selatan dan Zaporizhzhia tenggara.
Sebelumnya, Ukraina melancarkan ratusan serangan drone terhadap pangkalan militer di pedalaman Rusia. SBU melaporkan bahwa serangan drone FPV menghantam Pangkalan Udara Belaya di Oblast Irkutsk, yang berjarak ribuan kilometer dari garis depan.
Pangkalan Udara Olenya di Oblast Murmansk, Pangkalan Udara Dyagilevo di Oblast Ryazan, dan Pangkalan Udara Ivanovo di Oblast Ivanovo juga menjadi sasaran. Serangan berskala besar ini disamakan dengan serangan Pearl Harbor oleh beberapa media.
Menurut sumber dari SBU, serangan tersebut mengakibatkan kerusakan pada puluhan pesawat Rusia, termasuk pesawat peringatan dini A-50 dan pesawat pengebom strategis Tupolev Tu-95 dan Tu-22M3. Kerugian akibat serangan ini diperkirakan mencapai miliaran dolar AS.