Echoes of The House: Lebih dari Sekadar Horor, Menyelami Kedalaman Trauma dan Delusi

Echoes of The House, sebuah game horor indie, menawarkan pengalaman yang jauh melampaui sekadar jumpscare dan visual yang menakutkan. Di balik suasana rumah tua yang mencekam, tersembunyi narasi psikologis yang kuat tentang trauma, penyesalan mendalam, dan pergulatan dengan penyakit mental. Game ini mengajak pemain untuk memasuki dunia pikiran Christopher, seorang pria yang berjuang untuk membedakan antara realita dan khayalan.

Misteri di Rumah Nenek

Christopher tiba di rumah masa kecilnya, rumah neneknya Elise, di suatu malam yang kelam. Setelah kedatangannya yang disambut hangat, ia berusaha membuatkan teh untuk neneknya. Namun, saat hendak menuju dapur, ia menemukan berita tentang seorang pasien rumah sakit jiwa yang kabur. Pasien tersebut menderita demensia dini, sebuah kondisi langka yang menyerang pria muda.

Keanehan mulai terjadi. Air tidak mengalir, kursi goyang bergerak sendiri, dan ketukan misterius terdengar di jendela. Setelah berhasil membuat teh, Christopher mendapati neneknya bersikap aneh dan hanya membicarakan tentang kakinya yang sakit dan foto-foto lama.

Keinginan Christopher untuk membahagiakan neneknya membawanya pada penemuan mengerikan. Foto polaroid Elise tidak menunjukkan sosoknya. Pesan aneh ditemukan di ruang kerja, "bekukan gambarku dan kebenaran akan terungkap".

Petunjuk demi petunjuk mengarahkannya menggali kuburan di dekat rumah. Dengan sekop yang diperoleh dari tetangga yang ketakutan, Christopher menemukan revolver tua dan pemantik. Bayangan menakutkan kakeknya muncul, dan rumah dilanda kegelapan.

Setelah mengatasi berbagai rintangan, Christopher berhasil menyalakan listrik. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Elise menceritakan tentang suaminya yang telah meninggal, namun masih terasa kehadirannya. Gangguan pada televisi dan serangkaian kejadian aneh memaksa Christopher untuk mengunci semua pintu sebelum tidur.

Mimpi buruk terus berlanjut. Elise menghilang, pintu terbuka, dan foto dirinya bersama istrinya, Glenda, ditemukan. Piringan hitam membawa suara langkah dan perasaan ditembak. Christopher terbangun di kamar, melihat Elise berubah menjadi Glenda, yang mengenang masa lalu mereka yang indah namun juga mengisyaratkan tragedi. Glenda melihat tatapan aneh Christopher sambil memegang sesuatu.

Kehilangan kesadaran lagi, Christopher menemukan dirinya di luar rumah. Suara Glenda bergema, menyebut mereka sebagai gema dari masa lalu yang terjebak di rumah itu, dan memintanya untuk pergi.

Christopher mengikuti cahaya obor menuju rawa, namun panik dan kembali ke rumah. Kejutan terakhir menantinya: mobilnya tiba di rumah Elise, dan neneknya menyalakan TV, mengulangi kejadian awal. Semuanya terulang kembali.

Kebenaran yang Tersembunyi

Di balik semua keanehan, terkuak kebenaran yang mengerikan. Christopher ternyata adalah pasien rumah sakit jiwa yang menghilang. Ia menderita demensia dini, penyakit yang menghancurkan ingatannya dan merusak persepsinya tentang realitas. Dalam keadaan linglung, ia tanpa sadar membunuh kakek, nenek, dan istrinya dengan revolver yang ditemukannya.

Tiga suara tembakan yang terdengar adalah bukti nyata. Christopher mengubur senjata dan menyembunyikan jasad keluarganya di rawa. Upaya bunuh dirinya di tiang rawa digagalkan oleh polisi, yang membawanya kembali ke rumah sakit.

Sepanjang permainan, pemain menyaksikan realitas yang terdistorsi oleh pikiran Christopher yang hancur. Foto yang menghilang, perubahan bingkai foto, dan kemunculan Glenda adalah manifestasi dari trauma dan penolakannya terhadap kebenaran. Glenda mengatakan satu-satunya cara Christopher bebas adalah dengan menerima kenyataan bahwa ia telah membunuh keluarganya.

Namun, Christopher menolak kebenaran tersebut, memilih untuk kembali ke rumah dan mengulang siklus memori yang sama, selamanya terjebak dalam kesadarannya yang rusak. Ketukan di jendela, peristiwa aneh, semuanya berasal dari dirinya sendiri yang berulang kali mencoba memahami dan melarikan diri dari realita.

Echoes of The House adalah lebih dari sekadar game horor. Ini adalah refleksi tentang bagaimana trauma, rasa bersalah, dan penyakit mental dapat menghancurkan seseorang dari dalam, meninggalkan kesan mendalam tentang penderitaan manusia yang terjebak dalam labirin pikirannya sendiri.

Scroll to Top