Kabupaten Lombok Timur (Lotim) tengah berupaya keras menekan angka tuberculosis (TBC). Penyakit menular ini masih menjadi momok, dan pemerintah daerah menargetkan identifikasi 3.900 kasus pada tahun 2025.
Hingga saat ini, upaya penemuan kasus baru mencapai 22%, atau sekitar 885 kasus. Tahun sebelumnya, tepatnya tahun 2024, cakupan penemuan kasus mencapai 62% dari target tahunan, yaitu 2.384 kasus. Pemerintah meyakini, masih banyak kasus TBC yang belum terdeteksi di masyarakat.
Data menunjukkan bahwa TBC juga mengintai anak-anak. Tahun 2024, tercatat 180 kasus TBC pada anak. Selain itu, ditemukan tujuh kasus TB resisten obat (TB-RO) di tahun 2025. TB-RO adalah kondisi di mana bakteri TBC kebal terhadap obat lini pertama, sehingga memerlukan pengobatan yang lebih kompleks.
Pemerintah Kabupaten Lotim menyadari betul bahwa TBC merupakan masalah kesehatan yang serius dengan tingkat kematian dan kesakitan yang tinggi. Angka kejadian TBC di Lotim masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk.
Untuk mencapai target, pemerintah mengimbau masyarakat Lotim untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Pemerintah daerah menjamin pengobatan TBC gratis hingga sembuh. Semakin cepat kasus ditemukan dan diobati, semakin kecil risiko penularan.
Masyarakat yang mengalami gejala seperti batuk yang tak kunjung sembuh, nyeri dada, batuk berdahak, dan berkeringat di malam hari, disarankan untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Warga yang terdiagnosis TBC akan mendapatkan pengobatan secepatnya.
Lama pengobatan TBC bervariasi, tergantung jenisnya. TBC biasa memerlukan pengobatan selama enam bulan, sedangkan TB-RO membutuhkan waktu hingga satu tahun. Temuan kasus TBC pada anak mengindikasikan adanya penularan dari orang di sekitarnya, terutama keluarga dekat.