Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan niatnya untuk membalas serangan drone Ukraina yang menargetkan armada pesawat pengebom Rusia. Trump menyampaikan bahwa Putin belum siap untuk mencapai "perdamaian secepatnya".
Serangan mendadak Ukraina ke pangkalan udara Rusia, yang mengakibatkan kerusakan pada sejumlah pesawat pengebom berkemampuan nuklir dengan nilai fantastis, menjadi topik utama dalam percakapan telepon antara Trump dan Putin.
"Presiden Putin dengan tegas menyatakan bahwa dia harus membalas serangan terbaru di lapangan udara," tulis Trump di media sosial Truth Social, usai percakapan telepon yang diklaimnya berlangsung selama satu jam 15 menit.
"Pembicaraan itu berjalan baik, tetapi belum mengarah pada perdamaian yang instan," tambah Trump.
Pihak Moskow menggambarkan percakapan tersebut, yang juga membahas negosiasi mengenai program nuklir Iran, sebagai "positif" dan "produktif". Mereka menambahkan bahwa Trump memberi tahu Putin bahwa Washington tidak mengetahui sebelumnya tentang serangan drone Ukraina.
Serangan yang melibatkan 117 drone oleh Ukraina menargetkan pangkalan udara Rusia, mengenai 41 pesawat, termasuk pesawat pengebom jarak jauh supersonik Tu-22M dan Tu-95.
Moskow membenarkan bahwa lapangan udaranya diserang oleh pihak yang mereka sebut ‘teroris Ukraina’. Analis, berdasarkan citra satelit, membenarkan bahwa 13 pesawat, termasuk delapan Tu-95, empat Tu-22M, dan satu An-12, hancur atau rusak.
Pengamat berpendapat bahwa serangan tersebut merusak citra Rusia sebagai negara adikuasa nuklir dengan jangkauan global. "Serangan ini secara tidak langsung membantu Barat karena menargetkan potensi nuklir Rusia," kata Letnan Jenderal Ihor Romanenko, mantan wakil kepala staf militer Ukraina.
Trump tidak menyebutkan apakah dia mendesak Putin untuk tidak membalas serangan terhadap Ukraina, yang merupakan sekutu AS.
Presiden AS itu berulang kali menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemerintah Ukraina dan pendukungnya karena kecenderungannya yang condong ke Putin. Namun, Trump juga menunjukkan rasa frustrasi yang meningkat terhadap Putin karena Rusia terus melakukan serangan dan menggagalkan janji kampanye Trump untuk mengakhiri perang secepatnya.