Michael Jackson, sang Raja Pop, tak hanya berjaya di dunia musik. Ia juga melebarkan sayap ke dunia film, mengikuti jejak Madonna dan Prince. Beberapa film seperti The Wiz, Moonwalker, hingga Men in Black II sempat menampilkan bakat aktingnya.
Namun, ada satu peran yang sangat ia impikan: Batman dalam film garapan Tim Burton tahun 1989. Jackson sangat mengagumi karakter Batman dan ingin terlibat, mengincar peran The Riddler. Sayangnya, peran itu jatuh ke tangan Jim Carrey, membuat Jackson kecewa.
Sebagai pelampiasan, Jackson berinisiatif membuat film superhero versinya sendiri. Bersama Sony, ia mencetuskan proyek film berjudul MidKnight, sebuah ide orisinal bukan adaptasi dari komik Marvel atau DC.
Film MidKnight dirancang dengan Jackson sebagai tokoh utama. Ia akan berperan sebagai remaja lembut di siang hari, yang berubah menjadi pahlawan super yang bernyanyi dan menari di malam hari. Caroline Thompson, penulis skenario Edward Scissorhands, ditunjuk sebagai penulis naskah.
Namun, kemampuan akting Jackson menjadi kendala utama. Tim memutuskan agar tokoh superhero mengenakan topeng, sehingga bisa diperankan oleh aktor pengganti.
Proyek ini terganjal masalah internal. Kepala bagian desain produksi, Anton Furst, tidak menyukai naskah yang ditulis Thompson dan Larry Wilson. Ketegangan ini semakin parah setelah Furst meninggal dunia pada November 1991.
Tak lama setelah itu, Peters dan Gruber mengundurkan diri dari Sony. Nasib proyek MidKnight makin tidak jelas, apalagi Jackson terlibat skandal. Para sponsor pun mundur.
Akhirnya, MidKnight tidak pernah terealisasi, bahkan proses syuting pun tidak sempat dimulai. Cita-cita Michael Jackson untuk menjadi pahlawan super versinya sendiri pun terkubur hingga akhir hayatnya.