Dugaan Sindrom Stevens Johnson pada Jokowi: Penyakit Kulit Berbahaya yang Mengancam Jiwa

Mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memicu kekhawatiran publik setelah muncul spekulasi mengenai kondisi kulitnya. Beberapa foto menunjukkan perubahan signifikan pada kulit wajah dan lehernya, mendorong dugaan bahwa beliau mungkin mengidap Sindrom Stevens Johnson (SJS).

SJS adalah kondisi kulit yang serius dan langka yang dapat merusak jaringan kulit dan berpotensi menyerang organ dalam. Jika tidak segera ditangani, SJS dapat mengancam jiwa.

Apa Itu Sindrom Stevens Johnson?

Sindrom Stevens Johnson merupakan reaksi parah terhadap obat-obatan tertentu atau infeksi. Penyakit ini dimulai dengan gejala seperti demam, batuk, dan nyeri tubuh. Kemudian, lepuhan muncul pada kulit dan selaput lendir, diikuti pengelupasan kulit secara luas. Kondisi ini membuat kulit menjadi sangat sensitif dan dapat memengaruhi bagian dalam tubuh seperti mulut, tenggorokan, mata, dan saluran kemih.

Perawatan intensif di rumah sakit seringkali diperlukan bagi penderita SJS. Walaupun banyak pasien yang sembuh, komplikasi jangka panjang seperti gangguan pada kulit, kuku, rambut, dan sistem pernapasan dapat terjadi.

SJS sering dibandingkan dengan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN), kondisi yang lebih parah. Keduanya memiliki gejala serupa, tetapi berbeda dalam tingkat kerusakan kulit. SJS biasanya memengaruhi kurang dari 10 persen permukaan tubuh, sementara TEN dapat mencapai lebih dari 30 persen. TEN memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi, sekitar 25 persen, sedangkan tingkat kematian SJS berkisar antara 1 persen hingga 5 persen.

Komplikasi dan Efek Jangka Panjang

Pasien SJS dapat mengalami berbagai masalah kronis setelah fase akut berakhir, termasuk:

  1. Produksi keringat berlebihan
  2. Kulit kering dan gatal
  3. Rambut rontok dan pertumbuhan kuku tidak normal
  4. Gangguan pada indera pengecap
  5. Kelelahan berkepanjangan
  6. Kesulitan buang air kecil
  7. Gangguan paru-paru seperti asma dan PPOK

Kulit biasanya mulai sembuh dalam 2 hingga 3 minggu jika tidak ada infeksi sekunder, tetapi pemulihan total dapat memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, tergantung tingkat keparahan kasus.

Pencegahan dan Kehati-hatian

Jika SJS disebabkan oleh obat tertentu, penting untuk menghindari konsumsi obat tersebut seumur hidup. Pasien disarankan mengenakan gelang medis untuk memberikan peringatan pada tenaga medis di masa depan, serta mencatat dan menghindari obat-obatan yang memicu reaksi tersebut.

Individu keturunan Asia, terutama dari Asia Timur dan Tenggara, memiliki risiko lebih tinggi terkena kondisi ini saat mengonsumsi obat seperti carbamazepine karena adanya gen tertentu. Tes genetik dapat dilakukan sebelum memulai terapi dengan obat tersebut.

Scroll to Top