Friedrich Merz, Kanselir Jerman dari partai konservatif CDU, melakukan lawatan kenegaraan perdana ke Washington untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Meski telah bertukar nomor telepon dan saling menyapa dengan nama depan, pertemuan tatap muka ini menjadi momen penting dalam membangun hubungan personal antara kedua pemimpin.
Merz mendapat sambutan hangat dengan menginap di Blair House, tempat yang juga pernah menjadi hunian sementara bagi tokoh-tokoh dunia seperti Ratu Elizabeth II dan Presiden Charles de Gaulle.
Kunjungan ini menjadi sorotan, mengingat Merz sebelumnya secara terbuka mengkritik Trump atas perlakuannya terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Selain itu, ia juga menunjukkan ketidaksenangannya terhadap simpati beberapa tokoh dekat Trump terhadap partai ekstrem kanan Jerman, AfD.
Strategi Merz dalam Menghadapi Trump
Dalam forum Eropa, Merz membagikan pengalamannya berkomunikasi dengan Trump, menekankan pentingnya berbicara singkat dan memberi ruang bagi Trump untuk menyampaikan pandangannya. Ia menyadari perlunya menyesuaikan diri dengan gaya Trump tanpa kehilangan identitas diri sebagai perwakilan Jerman.
Carlo Masala, seorang profesor politik internasional, menyarankan Merz untuk tampil tegas namun tetap memberikan kesan bahwa Trump adalah seorang negarawan dengan visi besar. Strategi "merayu dengan penuh kepercayaan diri ala Eropa" dianggap tepat, meskipun tidak menjamin keberhasilan.
Agenda Utama Pertemuan
Pertemuan di Washington diperkirakan akan membahas tiga isu utama: perang di Ukraina, sengketa tarif, dan kontribusi keamanan Eropa.
Merz datang dengan argumen kuat mengenai peningkatan anggaran pertahanan Jerman, yang mencapai lima persen dari PDB, dengan sebagian besar dialokasikan untuk Bundeswehr dan sisanya untuk infrastruktur pendukung. Ia juga mendorong Jerman untuk mengambil inisiatif lebih besar dalam isu pertahanan Eropa, seperti kunjungan bersama para pemimpin Eropa ke Kyiv.
Mengenai tarif impor, Merz menyadari keterbatasan wewenangnya karena kebijakan perdagangan adalah ranah Uni Eropa. Namun, ia akan berupaya keras untuk mencegah konflik dagang yang dapat merugikan semua pihak, terutama mengingat lonjakan tarif impor AS atas baja dan aluminium.
Masa Depan Hubungan Transatlantik
Sebagai politisi konservatif yang dikenal sebagai pendukung setia hubungan Transatlantik, Merz diperkirakan akan berusaha meyakinkan Trump mengenai pentingnya keterlibatan Amerika di Eropa. Namun, beberapa pakar militer memperkirakan bahwa Amerika mungkin akan mengurangi perannya sebagai kekuatan penyeimbang di Eropa, sehingga Eropa perlu mempersiapkan diri untuk membangun kapasitas pertahanan dan kedaulatannya sendiri.
Merz menegaskan kesiapannya menghadapi Trump secara terbuka dan percaya diri. Namun, beberapa isu sensitif, seperti dukungan terhadap AfD dari orang-orang dekat Trump, kemungkinan akan dihindari dalam pembicaraan.
Kebijakan luar negeri Jerman di bawah pemerintahan baru CDU/CSU dan SPD menunjukkan pergeseran ke arah pendekatan yang lebih pragmatis, menekankan kepentingan bersama dan kompromi, bahkan dengan mitra yang sulit seperti pemerintahan Trump.
Sebelum keberangkatannya, Merz bahkan mengundang Trump untuk mengunjungi Kallstadt, tanah kelahiran leluhurnya di Jerman.
Pertemuan ini menjadi babak baru dalam hubungan Jerman-AS, di mana kedua pemimpin berusaha mencari titik temu di tengah perbedaan pandangan dan tantangan global.