Film terbaru Hanung Bramantyo, Gowok: Kamasutra Jawa, siap membuka tabir tradisi Jawa yang intim dan kompleks. Kisah yang ditulis oleh Aci, Hanung Bramantyo, dan ZZ Mulja Salih ini menyelami kehidupan suami-istri, seksualitas, edukasi seksual, serta dekonstruksi nilai patriarki yang mengakar dalam masyarakat Jawa.
Intrik Cinta dan Tradisi di Era 1940-an
Latar film ini membawa kita ke era 1940-an, di mana tradisi gowok masih lestari. Gowok adalah perempuan dewasa yang bertugas membimbing pria muda yang akan menikah tentang keharmonisan dan kepuasan dalam berumah tangga. Nyai Santi (Lola Amaria), seorang gowok ternama, dikenal karena keberhasilannya mendidik para pria untuk membahagiakan pasangannya. Ia dianggap sebagai penjaga tradisi yang telah ada sejak abad ke-15.
Nyai Santi memiliki anak angkat bernama Ratri (Alika Jantinia), seorang gadis cantik, cerdas, dan berbakat yang dipersiapkan untuk meneruskan ilmu gowok. Suatu hari, Ratri jatuh cinta pada Kamanjaya (Devano Danendra), putra dari keluarga terpandang. Janji pernikahan diucapkan, namun perbedaan kasta sosial menghancurkan segalanya. Kamanjaya mengingkari janjinya, meninggalkan luka mendalam di hati Ratri.
Dendam dan Cinta di Masa Kini
Dua dekade kemudian, Kamanjaya (Reza Rahadian) menjadi seorang priayi yang telah menikah dan memiliki seorang putra bernama Bagas (Ali Fikry). Sesuai tradisi, Bagas harus belajar dengan seorang gowok sebelum menikah. Takdir mempertemukan kembali Kamanjaya dengan Ratri (Raihaanun), yang kini telah meneruskan ilmu Nyai Santi. Tanpa disangka, Bagas jatuh cinta pada Ratri. Ratri melihat kesempatan ini untuk membalas dendam atas luka masa lalunya.
Film berdurasi 124 menit ini sebelumnya telah berkompetisi di International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2025. Gowok: Kamasutra Jawa menampilkan Reza Rahadian, Raihaanun, Lola Amaria, Alika Jantinia, Ali Fikry, Nayla Purnama, Djenar Maesa Ayu, dan Slamet Rahardjo.
Penting untuk dicatat, film ini diperuntukkan bagi penonton dewasa berusia 21 tahun ke atas.
Gowok: Kamasutra Jawa tayang di bioskop Indonesia mulai 5 Juni 2025, menjanjikan sebuah drama yang membuka ruang dialog tentang seksualitas, hak perempuan, dan warisan budaya yang kompleks.