Jakarta – Film Ballerina hadir bukan sekadar memanfaatkan popularitas saga John Wick. Film ini menawarkan tontonan aksi yang memukau dan berpotensi menjadi yang terbaik di genre-nya pada tahun 2025.
Dengan alur cerita yang mirip John Wick, Ballerina mengisahkan balas dendam Eve Macarro (Ana de Armas), seorang pembunuh bayaran. Jika John Wick berjuang karena kehilangan anjing kesayangannya, Eve Macarro membalas dendam atas kematian ayahnya di masa lalu.
Namun, keduanya memiliki perbedaan signifikan. John Wick fokus pada upaya tokoh utama untuk bebas dari High Table dan pensiun, sementara Ballerina mengeksplorasi awal mula Eve terjun ke dunia kriminal.
Sutradara Len Wiseman dan penulis Shay Hatten menampilkan perjalanan Eve sejak memasuki Ruska Roma, organisasi pelatihan pembunuh bayaran. Namun, kisah kehidupan Eve sebelum menjadi pembunuh bayaran terasa singkat, seolah menjadi pertanda aksi yang akan datang.
Setelah resmi bertugas, Ballerina langsung menyajikan serangkaian adegan aksi intens. Mulai dari melindungi Katla Park (Choi Soo-young), Eve terus-menerus menghadapi musuh dari berbagai arah.
Wiseman berhasil mengikuti jejak Chad Stahelski, sutradara John Wick, dengan adegan aksi dan koreografi yang segar dan kreatif. Adegan baku tembak, pertarungan jarak dekat, dan saling tikam disajikan dengan cara yang ekstrem dan berdarah-darah.
Salah satu hal menarik dari Ballerina adalah penggunaan benda-benda unik sebagai senjata oleh Eve. Mulai dari pisau berpeluru karet, piring, remote televisi, hingga sepatu ice skating, mengingatkan pada aksi John Wick dengan pensil dan kartu remi. Kesamaan ini semakin meyakinkan bahwa Ballerina berada di jalur yang tepat sebagai spin-off John Wick.
Cerita semakin berkembang ketika Eve menemukan petunjuk tentang pembunuh ayahnya, membawa penonton ke sekte misterius yang dipimpin The Chancellor (Gabriel Byrne). Sekte yang telah ada selama ratusan tahun ini melatih pengikutnya menjadi tentara dan bermukim di Hallstatt, Austria.
Misi balas dendam ini membawa Eve seorang diri menghadapi sekte tersebut. Misi yang tampak seperti bunuh diri ini menjadi klimaks Ballerina. Namun, pertanyaan muncul tentang kemampuan Eve dalam menggunakan berbagai benda untuk bertarung, mengingat pengalamannya yang masih minim.
Pertanyaan itu segera sirna karena aksi Eve di Hallstatt yang tak henti-hentinya. Kemunculan John Wick (Keanu Reeves) sebagai utusan Ruska Roma yang bertugas menghentikan misi Eve menambah keseruan adegan laga.
Kemunculan Baba Yaga atau The Boogeyman ini menjadi penutup yang memuaskan dari Ballerina. Meskipun cerita balas dendam bukanlah hal baru, eksekusi adegan dan penampilan Ana de Armas membuat Ballerina berada di level yang berbeda.
Ana de Armas seolah menegaskan dirinya sebagai aktris laga yang menjanjikan. Banyak yang berharap studio akan melanjutkan perjalanan Eve Macarro sebagai pembunuh bayaran Ruska Roma di film-film mendatang.
Eve Macarro di tangan Ana de Armas berpotensi menjadi penerus yang pantas, terutama jika saga John Wick akhirnya mengizinkan Keanu Reeves untuk pensiun dengan tenang setelah John Wick 5.