Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan bahwa Presiden China, Xi Jinping, telah menyetujui untuk melanjutkan pengiriman mineral tanah jarang dan magnet dari China ke Amerika Serikat. Pernyataan ini mengindikasikan potensi meredanya ketegangan perdagangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut.
"Ya, dia [Xi Jinping] setuju," ujar Trump kepada wartawan di Air Force One, menanggapi pertanyaan mengenai kesediaan China untuk mencabut larangan ekspor mineral tanah jarang dan magnet ke AS.
Pengumuman Trump ini muncul setelah percakapan telepon antara dirinya dengan Xi Jinping. Pembicaraan tersebut bertujuan untuk mengatasi ketegangan perdagangan yang telah berlangsung selama beberapa minggu. Trump menggambarkan pembicaraan itu sangat positif dan menekankan tidak boleh ada lagi keraguan terkait kompleksitas produk tanah jarang.
Sebagai indikasi lain dari meredanya ketegangan, China dilaporkan telah memberikan izin ekspor sementara kepada pemasok tanah jarang dari tiga produsen mobil terkemuka AS.
Staf utama kedua presiden dijadwalkan bertemu di London untuk melanjutkan pembicaraan lebih lanjut. "Kami sudah sangat maju dalam kesepakatan dengan China," kata Trump.
Sebelumnya, kedua negara sempat mencapai kesepakatan pada tanggal 12 Mei 2025 di Jenewa, Swiss, untuk mencabut sebagian besar tarif tinggi selama 90 hari. Namun, keputusan China untuk menangguhkan ekspor berbagai mineral dan magnet penting mengganggu pasokan yang dibutuhkan oleh produsen mobil, chip komputer, dan kontraktor militer di seluruh dunia.
Trump menuduh China melanggar perjanjian Jenewa dan memerintahkan pembatasan pada software desain chip dan pengiriman lainnya ke China. Tuduhan tersebut ditolak oleh Beijing, yang mengancam akan melakukan tindakan balasan.
Tanah jarang dan mineral penting lainnya adalah sumber daya strategis bagi China yang sangat dibutuhkan oleh AS. Trump menghadapi tekanan politik dalam negeri jika pertumbuhan ekonomi melambat karena perusahaan AS kesulitan membuat produk bertenaga mineral.
Sejak kembali menjabat, Trump telah beberapa kali mengancam mitra dagang dengan tindakan hukuman, namun seringkali mencabutnya pada menit-menit terakhir. Pendekatan ini seringkali membingungkan para pemimpin dunia dan membuat para eksekutif bisnis khawatir.