Jakarta – Imbas dari konflik perbatasan yang kembali memanas, Thailand mengambil langkah menutup sementara dua titik penyeberangan perbatasannya dengan Kamboja bagi wisatawan. Keputusan ini diambil setelah seorang tentara Kamboja dilaporkan tewas dalam baku tembak antara kedua negara.
Sejak tahun 2008, wilayah perbatasan Thailand dan Kamboja memang kerap diwarnai ketegangan yang berujung bentrokan, menelan sedikitnya 28 korban jiwa.
Angkatan Darat Thailand kini memegang kendali penuh atas "buka-tutup" seluruh perlintasan perbatasan dengan Kamboja, dengan alasan adanya "ancaman terhadap kedaulatan dan keamanan Thailand."
Pemerintah Provinsi Chanthaburi, Thailand Timur, mengumumkan penangguhan sementara penyeberangan bagi turis dari Thailand maupun Kamboja di dua pos pemeriksaan perbatasan permanen. Meski demikian, aktivitas perdagangan dan mobilitas pekerja Kamboja menuju Thailand tetap diizinkan.
Bentrokan yang menewaskan seorang tentara Kamboja terjadi pada 28 Mei lalu di kawasan yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud, titik pertemuan perbatasan Kamboja, Thailand, dan Laos. Meskipun kedua pihak sempat sepakat untuk meredakan ketegangan sehari setelahnya, Kamboja bersikeras mempertahankan pasukannya di wilayah tersebut, langkah yang ditentang oleh Thailand.
Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Pertahanan Thailand, Phumtham Wechayachai, menyatakan kekecewaannya atas penolakan Kamboja terhadap usulan penarikan pasukan.
Sebelumnya, Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, mengumumkan niat kerajaannya untuk mengajukan gugatan terkait sengketa perbatasan ke Mahkamah Internasional (ICJ).
ICJ sendiri telah memutuskan pada tahun 2013 bahwa wilayah sengketa tersebut merupakan milik Kamboja, namun Thailand menyatakan tidak mengakui yurisdiksi ICJ.
Pemerintah Thailand menginformasikan bahwa Komite Perbatasan Bersama akan mengadakan pertemuan dalam waktu dekat guna mencari solusi atas permasalahan ini.