Perjalanan Haji: Tantangan Jarak dan Kondisi di Muzdalifah-Mina

Ibadah haji menghadirkan serangkaian kegiatan yang menantang, terutama saat perpindahan antara lokasi-lokasi penting seperti Muzdalifah dan Mina. Setelah wukuf di Arafah, jemaah bergerak menuju Muzdalifah untuk bermalam dan mengumpulkan batu kerikil yang akan digunakan untuk lempar jumrah di Mina.

Namun, pergerakan jemaah dari Muzdalifah ke Mina seringkali diwarnai kendala. Kemacetan parah dan minimnya transportasi memaksa ribuan jemaah berjalan kaki. Kondisi ini menyebabkan banyak jemaah terlantar dan kesulitan, terutama bagi lansia.

Jarak Muzdalifah-Mina: Tantangan Nyata

Jarak antara Muzdalifah dan Mina diperkirakan sekitar 5 hingga 7 kilometer. Idealnya, perjalanan ini ditempuh menggunakan bus. Akan tetapi, kepadatan lalu lintas dan keterbatasan armada seringkali memaksa jemaah untuk berjalan kaki, menambah beban fisik dalam rangkaian ibadah haji.

Total Jarak Tempuh Selama Puncak Haji

Selama puncak ibadah haji, jemaah diperkirakan menempuh jarak total sekitar 33,65 kilometer dengan berjalan kaki. Jarak ini meliputi berbagai kegiatan utama:

  • Lempar Jumrah: Jemaah melontarkan batu ke tiga tiang jumrah (Ula, Wustha, dan Aqabah). Jika tenda jemaah berjarak 4,5 km dari lokasi jumrah, sekali jalan pulang pergi menjadi 9 km. Dilakukan selama tiga hari, total jarak yang ditempuh sekitar 27 km.
  • Tawaf: Mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 putaran. Jika satu putaran sekitar 500 meter, maka total jarak tawaf ifadhah dan tawaf wada’ (masing-masing 7 putaran) menjadi 7 km.
  • Sa’i: Berjalan cepat antara Bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali. Dengan jarak antara Shafa dan Marwah 450 meter, total jarak sa’i adalah 3,15 km.

Kondisi ini menunjukkan bahwa ibadah haji membutuhkan persiapan fisik yang matang. Jarak tempuh yang signifikan, ditambah dengan cuaca panas dan kepadatan jemaah, menjadi tantangan tersendiri bagi para jemaah haji.

Scroll to Top