MOSKOW – Garda Nasional Rusia (Rosgvardiya) berhasil menggagalkan upaya serangan pesawat tanpa awak yang ditujukan ke sebuah fasilitas militer di wilayah Ryazan. Dalam insiden tersebut, seorang terduga pelaku tewas dalam baku tembak.
Menurut keterangan Rosgvardiya, petugas berhasil mengidentifikasi seorang pria yang tengah mempersiapkan serangan teroris dengan menggunakan drone (UAV). Identifikasi ini dilakukan berkat penggunaan alat pengawasan teknis.
Saat hendak ditangkap, pria tersebut melakukan perlawanan dan akhirnya tewas dalam baku tembak. Pihak kepolisian mengungkapkan bahwa pelaku membawa pistol peluru karet yang telah dimodifikasi agar dapat menembakkan peluru tajam.
Tim penjinak bom dari Garda Nasional berhasil mengamankan dua unit drone di lokasi kejadian. Kedua drone tersebut dilengkapi dengan granat antitank berdaya ledak tinggi yang dirancang untuk menembus target lapis baja dan telah disiapkan untuk dikendalikan dari jarak jauh.
Peristiwa ini terjadi setelah serangkaian serangan drone di wilayah Ryazan, termasuk insiden pada bulan Januari lalu yang menargetkan kilang minyak dan pembangkit listrik tenaga panas. Serangan tersebut menyebabkan kebakaran dan kerusakan.
Ukraina dilaporkan meningkatkan intensitas serangannya meskipun adanya upaya mediasi dari Rusia, AS, dan pihak internasional lainnya untuk mencapai perdamaian dalam konflik tersebut.
Sebelumnya, Ukraina juga meledakkan jembatan kereta api di Rusia, yang mengakibatkan terganggunya lalu lintas kereta api sipil dan barang, serta menyebabkan korban jiwa dan luka-luka. Selain itu, Kiev juga melancarkan serangan drone terkoordinasi ke beberapa pangkalan udara Rusia, yang menargetkan pembom jarak jauh berkemampuan nuklir.
Pihak Moskow mengklaim bahwa sebagian besar drone berhasil dicegat dan pesawat yang menjadi sasaran hanya mengalami kerusakan ringan. Serangan tersebut terjadi sehari sebelum putaran kedua perundingan langsung Rusia-Ukraina di Istanbul.
Pejabat Rusia telah berulang kali mengutuk tindakan sabotase yang terus dilakukan oleh Ukraina, dengan menyatakan bahwa tindakan tersebut merusak upaya untuk mencari solusi diplomatik atas konflik yang sedang berlangsung.
Militer Rusia mengklaim bahwa pasukannya telah melakukan serangan balasan berskala besar terhadap lokasi industri pertahanan Ukraina, menggunakan drone dan senjata berpemandu presisi jarak jauh.
Presiden AS Donald Trump menyampaikan ketidaksetujuannya terhadap eskalasi tersebut. Ia berpendapat bahwa tindakan Ukraina telah memberikan alasan bagi Presiden Vladimir Putin untuk melakukan serangan balasan.