Aktivis iklim ternama, Greta Thunberg, baru-baru ini merespons komentar sinis dari Senator Carolina Selatan, Lindsey Graham, terkait perjalanannya ke Gaza. Thunberg menilai respons tersebut mencerminkan prioritas sang senator.
Sebelumnya, Graham, yang dikenal sebagai pendukung vokal Israel dan sekutu mantan Presiden AS Donald Trump, memicu kontroversi dengan unggahan singkatnya di X yang menyiratkan harapan agar Thunberg dan rombongannya "bisa berenang," mengacu pada perjalanan mereka menuju Gaza.
Menanggapi hal ini, Thunberg menyatakan bahwa ia dan rekan-rekannya mahir berenang. Lebih lanjut, ia menyoroti kontras antara fokus senator pada ejekan dan situasi genting di Gaza. "Di tengah genosida dan kelaparan sistematis terhadap dua juta orang, anggota parlemen yang seharusnya melindungi rakyat justru sibuk mengejek orang-orang yang berusaha membantu," ujar Thunberg. Ia menekankan bahwa hal ini mengungkap prioritas sebenarnya dari para pejabat tersebut, yaitu mengabaikan keterlibatan mereka dalam krisis kemanusiaan yang parah.
Thunberg merupakan bagian dari kelompok yang terdiri dari selusin orang yang berlayar menuju Gaza dengan membawa bantuan kemanusiaan. Armada tersebut, yang menggunakan kapal Madleen yang dioperasikan oleh Freedom Flotilla Coalition (FFC), juga beranggotakan aktor Game of Thrones, Liam Cunningham, dan anggota Parlemen Eropa asal Prancis keturunan Palestina, Rima Hassan.
Misi mereka bertujuan untuk menentang blokade ilegal Israel dan dugaan kejahatan perang melalui aksi langsung tanpa kekerasan. Gaza sendiri telah mengalami blokade total selama lebih dari 90 hari dan pembatasan ketat sejak tahun 2007.
Serangan udara yang dilancarkan oleh pemerintah Benjamin Netanyahu selama lebih dari setahun telah menyebabkan lebih dari 54.000 warga Palestina tewas, menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza. Serangan tersebut juga menargetkan fasilitas penting seperti sekolah, rumah sakit, dan kamp pengungsian.
Bantuan yang dibawa oleh Thunberg dan rombongan meliputi kebutuhan pokok seperti susu, protein bar, susu formula bayi, popok, tepung, beras, penyaring air, produk kebersihan, dan peralatan medis.
Kapal mereka dilengkapi dengan sistem pelacakan canggih yang dikembangkan oleh Forensic Architecture, sebuah kelompok penelitian multidisiplin dari Goldsmiths, Universitas London. Sebelum mencapai Gaza, kapal tersebut terpantau berada di lepas pantai tenggara Pulau Kreta, Yunani.
Sementara itu, seorang juru bicara militer senior Israel menyatakan bahwa pihaknya "siap" untuk mencegah kedatangan armada tersebut, mengklaim telah memiliki pengalaman dalam menangani situasi serupa di masa lalu.