Jakarta – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan bahwa relasinya dengan CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, telah berakhir pada Sabtu (7/6).
Trump juga memberikan peringatan keras kepada Musk terkait dukungan finansial kepada kandidat Partai Demokrat yang menentang Rancangan Undang-Undang (RUU) Perpajakan dan Belanja Pemerintah.
Dalam wawancara dengan NBC News, Trump enggan menjelaskan konsekuensi spesifik yang akan diberikan, namun menegaskan tidak tertarik untuk memperbaiki hubungannya dengan Musk.
"Saya pikir hubungan itu sudah selesai. Saya tidak berniat berbicara dengannya," tegas Trump.
Meski demikian, Trump menyatakan belum mempertimbangkan untuk mengakhiri kontrak pemerintah AS dengan perusahaan Musk, termasuk layanan internet satelit Starlink dan peluncuran roket SpaceX.
Ketegangan antara Trump dan Musk mencuat setelah Musk menyebut RUU tersebut sebagai kebijakan yang "menjijikkan". Penolakan Musk menambah rumit upaya pengesahan RUU di Kongres, di mana Partai Republik hanya memiliki mayoritas tipis.
RUU tersebut telah disetujui oleh DPR bulan lalu dan kini sedang dibahas di Senat. Analis independen memperkirakan RUU ini akan meningkatkan utang nasional AS sebesar US$2,4 triliun dalam 10 tahun mendatang, menimbulkan kekhawatiran di kalangan legislatif, termasuk beberapa anggota Partai Republik.
Musk juga mendorong pembentukan partai politik baru di AS yang menurutnya dapat mewakili 80 persen suara di tengah.
Meskipun menghadapi kritik, Trump tetap yakin RUU itu akan disahkan sebelum perayaan Hari Kemerdekaan AS pada 4 Juli.
"Bahkan, orang-orang yang awalnya ragu kini dengan antusias akan mendukungnya, dan kami yakin ini akan lolos," kata Trump.
Sejak kembali menjabat pada 20 Januari, Trump mendapat dukungan kuat dari Partai Republik untuk berbagai kebijakan dan nominasinya, meskipun beberapa anggota menyuarakan kekhawatiran.