Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden China, Xi Jinping, baru saja melakukan percakapan telepon penting pada Kamis (4/6), menjadi momen komunikasi langsung pertama sejak eskalasi perang tarif. Trump, yang kini memasuki masa jabatan kedua, menyampaikan pembicaraan yang berlangsung selama sekitar 1,5 jam tersebut berjalan dengan sangat positif.
Dalam unggahannya di Truth Social, Trump mengungkapkan kedua pemimpin sepakat untuk melanjutkan perundingan perdagangan dan menjajaki kemungkinan kunjungan kenegaraan ke masing-masing negara. Hal ini membuka peluang untuk meredakan ketegangan yang selama ini mewarnai hubungan kedua negara.
Trump juga mengindikasikan bahwa China mungkin akan mempertimbangkan pelonggaran kontrol ekspor terhadap logam tanah jarang (rare earth), material krusial bagi industri teknologi dan pertahanan AS dan Eropa. Ia menekankan bahwa isu kompleksitas produk rare earth seharusnya tidak lagi menjadi penghalang.
Pemerintah China dalam pernyataan resminya menyoroti bahwa Xi Jinping menekankan pentingnya “menghilangkan segala bentuk gangguan dan sabotase” demi memulihkan dan memperbaiki arah hubungan China-AS. Isu Taiwan juga menjadi fokus dalam percakapan tersebut.
Sebelumnya, komunikasi terakhir antara Trump dan Xi terjadi pada Januari lalu, sebelum pelantikan presiden, membahas isu global, perdagangan, dan polemik TikTok. Saat itu, tarif impor barang-barang China ke AS mencapai sekitar 20%, warisan kebijakan tarif era Trump yang belum dicabut pemerintahan Biden.
Ketegangan perdagangan meningkat pada April setelah serangkaian kenaikan tarif. Trump memulai perang dagang dengan tarif baru 10% pada Februari, yang melonjak hingga 145% pada April. Beijing membalas dengan tindakan serupa terhadap produk AS.
Titik terang muncul pada awal Mei, dengan pembicaraan bilateral di Jenewa yang menghasilkan kesepakatan jeda tarif selama 90 hari. AS menurunkan tarif menjadi 30%, sementara China memangkas tarifnya menjadi 10%.
Namun, ketegangan kembali memanas setelah Washington dan Beijing saling menuduh melanggar perjanjian Jenewa. Meskipun demikian, Trump menyatakan optimisme untuk kembali berbicara dengan Presiden Xi dan menyelesaikan masalah ini.
Pemerintah China menegaskan komitmennya dalam mengimplementasikan perjanjian Jenewa dan mendesak AS untuk memeriksa fakta dan menarik langkah-langkah negatif terhadap China.
Pada perang dagang tahun 2020, kedua negara menandatangani kesepakatan fase satu yang mewajibkan China membeli tambahan barang AS senilai USD200 miliar selama dua tahun. Sayangnya, pandemi Covid-19 menggagalkan pencapaian target tersebut.
Pertemuan tatap muka terakhir antara Trump dan Xi terjadi pada Juni 2019 di sela-sela KTT G20 di Jepang. Rencana kunjungan kenegaraan Trump ke China pada 2020 dibatalkan akibat pandemi. Kini, Trump menyatakan kesiapannya untuk melakukan perjalanan ke China dan bertemu kembali dengan Xi Jinping, menandakan harapan baru dalam hubungan bilateral kedua negara.