Penjelasan Kemenag Soal Jemaah Haji Indonesia Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina

Jakarta – Kementerian Agama (Kemenag) memberikan penjelasan terkait banyaknya jemaah haji Indonesia yang memilih berjalan kaki dari Muzdalifah menuju Mina. Menurut Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag, Hilman Latief, kepadatan lalu lintas menjadi penyebab utama situasi ini.

Ribuan bus yang mengantre menuju Mina, ditambah banyaknya jemaah yang juga berjalan kaki, memperlambat pergerakan secara keseluruhan. Hilman menjelaskan bahwa kondisi ini terjadi mulai malam hingga subuh hari.

Pihak syarikah dan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah berupaya mengangkut jemaah, terutama yang lanjut usia, menggunakan bus melalui jalur alternatif. Sementara itu, jemaah yang merasa lebih kuat memilih berjalan kaki ke Mina sebelum cuaca terlalu panas.

Jarak yang ditempuh jemaah dengan berjalan kaki mencapai sekitar 4 kilometer hingga perbatasan Mina. Petugas haji aktif mendampingi mereka, memberikan arahan agar tidak tersesat dan memilih jalur terdekat.

Meskipun petugas sudah mengimbau untuk menunggu bus, kekhawatiran akan keterlambatan membuat banyak jemaah memutuskan untuk berjalan kaki. Proses perputaran bus yang lambat setelah mengantar jemaah sebelumnya ke Mina, menimbulkan kekhawatiran di kalangan jemaah yang masih menunggu di Muzdalifah.

Kondisi serupa juga dialami oleh jemaah haji dari negara lain seperti China dan beberapa negara Afrika. Target awal penyelesaian evakuasi dari Muzdalifah ke Mina pukul 09.00, akhirnya tercapai pada pukul 09.40, terlambat sekitar 40 menit.

Setelah seluruh jemaah tiba di Mina, Kemenag bersama syarikah fokus menempatkan mereka di tenda yang sesuai. Sebagian jemaah yang tiba lebih awal sudah mulai melaksanakan ibadah lempar jumrah.

Hilman Latief menyampaikan apresiasi kepada otoritas Arab Saudi atas dukungan dalam pelayanan jemaah. Ia juga menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami jemaah haji Indonesia selama proses pergerakan ini.

Sebelumnya, jemaah haji Indonesia melaksanakan mabit (menginap) di Muzdalifah setelah salat magrib. Namun, sebagian jemaah, terutama lansia, disabilitas, dan pendampingnya, mengikuti skema murur, yaitu melintas Muzdalifah tanpa turun dan langsung menuju Mina lebih awal.

Proses penjemputan jemaah yang mabit di Muzdalifah seharusnya dimulai pukul 22.30 waktu Arab Saudi dan berlanjut hingga pagi hari. Namun, antrean panjang bus mulai terlihat pada Jumat (6/6) pagi, menghambat proses penjemputan.

Scroll to Top