Sebuah komet langka bernama C/2025 F2 (SWAN), yang berasal dari kedalaman Awan Oort, sedang dalam perjalanannya melintasi tata surya kita. Komet ini diprediksi akan menghiasi langit malam dan dapat diamati dari Bumi hingga awal Mei 2025.
Komet SWAN pertama kali ditemukan pada 29 Maret 2025 oleh dua astronom amatir, Michael Mattiazzo dan Vladimir Bezugly. Mereka memanfaatkan instrumen canggih bernama Solar Wind ANisotropis (SWAN) yang terpasang pada wahana antariksa SOHO, sebuah proyek kolaborasi antara ESA dan NASA.
Asal-usul komet ini terletak di Awan Oort, wilayah terjauh di tata surya yang dianggap sebagai "rumah" bagi komet-komet berperiode panjang. C/2025 F2 memiliki orbit hampir parabolik dengan periode revolusi yang sangat panjang, diperkirakan sekitar 70.000 tahun. Ini adalah kesempatan emas bagi kita untuk menyaksikan komet ini saat mendekati Matahari.
Diprediksi, Komet SWAN akan mencapai titik terdekatnya dengan Matahari (perihelion) pada 1 Mei 2025, dengan jarak sekitar 0,333 AU (Satuan Astronomi). Saat mendekat, kecerahannya akan meningkat secara signifikan, diperkirakan mencapai magnitudo visual antara 3,6 hingga 5,0. Dengan kecerahan ini, komet ini berpotensi terlihat dengan teropong kecil, atau bahkan dengan mata telanjang, terutama di lokasi dengan polusi cahaya minimal.
Waktu terbaik untuk mengamati C/2025 F2 adalah antara pertengahan April hingga awal Mei 2025. Pada pertengahan April, komet ini akan muncul menjelang fajar di langit timur laut, melintasi konstelasi Pegasus dan Andromeda. Menjelang akhir April, posisinya akan bergeser ke langit barat laut setelah matahari terbenam, dan pada 1 Mei, ia akan tampak dekat dengan gugus bintang Pleiades yang terkenal di konstelasi Taurus.
Karena kemunculannya bertepatan dengan perayaan Paskah, C/2025 F2 juga dikenal sebagai "Komet Paskah". Komet ini memberikan kesempatan istimewa bagi astronom profesional dan pengamat langit amatir. Ia membawa materi purba dari masa awal pembentukan tata surya, yang belum banyak terpapar panas dan radiasi Matahari. Hal ini menjadikannya objek penting untuk mempelajari evolusi tata surya kita.
Menurut Dr. Karl Battams dari Naval Research Laboratory, komet ini adalah "kapsul waktu yang sangat berharga, membawa es dan debu kuno dari masa awal pembentukan tata surya."
Untuk pengalaman mengamati yang optimal, disarankan untuk mencari lokasi yang gelap dan bebas dari polusi cahaya. Selain itu, aplikasi pelacak bintang seperti Stellarium atau SkySafari dapat membantu Anda menemukan posisi komet secara real-time.
C/2025 F2 juga dikenal karena menghasilkan semburat hijau cerah yang disebabkan oleh gas diatomik karbon (C2) yang bersinar saat terkena sinar Matahari. Kecepatannya diperkirakan melebihi 60 kilometer per detik saat mendekati Matahari, berdasarkan data dari situs pemantauan langit. Jangan lewatkan kesempatan langka ini untuk menyaksikan keajaiban kosmik yang spektakuler!