Warga Afghanistan kini dirundung kekhawatiran setelah pengumuman larangan masuk ke Amerika Serikat oleh mantan Presiden Donald Trump. Kebijakan ini menghancurkan harapan banyak warga Afghanistan yang merasa cemas, takut, dan dikhianati, terutama mereka yang telah mendukung pasukan AS selama konflik berkepanjangan.
Meski terdapat beberapa jalur imigrasi yang tersedia, hampir semuanya terdampak selama masa pemerintahan Trump. Pemotongan layanan dan penutupan kantor yang membantu pengajuan visa membuat ribuan warga Afghanistan terkatung-katung. Mereka yang memenuhi syarat sebagai pengungsi pun terkena dampak karena hampir seluruh upaya pemukiman kembali dihentikan.
Warga Afghanistan yang memegang Status Perlindungan Sementara (TPS) juga terancam dideportasi karena program tersebut akan diakhiri.
Larangan perjalanan terbaru ini memberikan pengecualian bagi pemegang Visa Imigran Khusus Afghanistan (SIV), yang diperuntukkan bagi mereka yang bekerja untuk atau atas nama AS selama minimal satu tahun saat perang berkecamuk.
Namun, banyak individu yang membantu AS tidak memenuhi syarat untuk SIV. Beberapa tidak memenuhi persyaratan masa kerja satu tahun, atau secara teknis tidak bekerja langsung untuk pemerintah AS.
Seorang warga Afghanistan yang pernah bekerja dengan pasukan AS sejak Taliban berkuasa pada 2021 berupaya membawa keluarganya ke AS, namun tidak yakin apakah larangan perjalanan ini akan mempengaruhi nasib adik laki-lakinya yang tidak memenuhi syarat untuk SIV.
"Saya bahkan tidak tahu apa arti larangan perjalanan ini dan bagaimana dampaknya terhadap orang-orang," ujarnya.
Warga Afghanistan lainnya juga mengungkapkan ketidakpastian mengenai dampak langsung larangan tersebut terhadap keluarga mereka yang masih berada di Afghanistan.
Masa depannya pun terasa suram. Dia memenuhi syarat untuk masuk ke AS berdasarkan beberapa kategori setelah bekerja untuk AS selama perang. Ia tiba di AS melalui Program Fulbright dan visa SIV-nya disetujui setelah tiba. Kini, ia mengajukan permohonan kartu hijau, namun statusnya masih belum jelas.
Ia berharap, jika mendapatkan kartu hijau, istri dan putrinya dapat bergabung dengannya meskipun ada larangan perjalanan. Ia belum pernah bertemu putrinya sejak kelahirannya pada 2021.
"Mereka memesankan tiket pesawat untuk saya pada 15 Agustus 2021. Bayi perempuan saya lahir pada tanggal 19, dan saya belum melihatnya," katanya.
Pengecualian SIV dalam larangan perjalanan Trump dinilai tidak sepenuhnya menggembirakan. Seorang mantan pejabat Kementerian Luar Negeri AS mengungkapkan bahwa pengecualian tersebut "tidak bisa dipertanggungjawabkan" karena pemerintah membubarkan Kantor Koordinator Upaya Relokasi Afghanistan.
Kemlu AS telah memberitahu Kongres bahwa kantor tersebut akan ditutup dan fungsinya dialihkan ke Kantor Urusan Afghanistan. Pemerintah juga akan mengakhiri program yang membantu penerima dan pelamar SIV Afghanistan untuk pergi ke negara ketiga atau Enduring Welcome.
Pendiri layanan bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan, Lamia Afghan Foundation, John Bradley, juga memiliki pandangan serupa. "Kedengarannya bagus, tetapi kita juga membutuhkan infrastruktur pendukung untuk membantu mereka tiba dan memulai hidup di Amerika Serikat," kata Bradley.