Pemilihan Presiden Korea Selatan yang baru saja usai mengungkap sisi lain dari negara yang dikenal dengan kemajuan teknologi dan industri hiburannya: praktik perdukunan. Para dukun, yang dikenal sebagai "mudang" atau "mansin," ternyata memainkan peran, mencoba meramalkan siapa yang akan menduduki kursi kepresidenan.
Salah seorang dukun, Yang Su Bong, bahkan mengaku telah melihat aura kemenangan Lee Jae Myung jauh sebelum hari pemilihan. Ia meyakini, aura seorang pemimpin terpancar jelas dari wajah Lee.
Meskipun hasil survei sebelum pemilihan juga mengunggulkan Lee, pengakuan Yang ini menyoroti keberadaan dan kepercayaan masyarakat Korea terhadap praktik perdukunan yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Meskipun Korea Selatan dikenal sebagai negara modern dengan teknologi canggih, praktik perdukunan tetap populer. Tercatat, ada ratusan ribu dukun aktif di seluruh negeri, menunjukkan bahwa tradisi ini masih hidup dan berkembang di tengah masyarakat.
Masyarakat Korea mendatangi para dukun untuk berbagai keperluan, mulai dari mencari tahu peruntungan jodoh hingga meminta nasihat dalam pengambilan keputusan bisnis. Fenomena ini menunjukkan bagaimana kepercayaan tradisional masih relevan dalam kehidupan modern.
Namun, kepercayaan terhadap perdukunan juga sering kali menjadi sorotan negatif, terutama dalam dunia politik. Beberapa kasus pemakzulan presiden di masa lalu terkait dengan praktik ini, seperti keterlibatan dalam ritual perdukunan.
Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, kepercayaan pada dukun telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Korea selama ratusan tahun. Para dukun modern pun terus beradaptasi dengan perubahan zaman, menawarkan layanan kepada klien-klien urban yang mencari jawaban atas kecemasan mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa ada berbagai jenis dukun di Korea, mulai dari dukun turun-temurun yang mewarisi kemampuan ritual, dukun peramal yang menyampaikan informasi dari roh, hingga dukun karismatik yang dipercaya dapat mengundang roh untuk merasuki tubuh mereka.
Keberadaan dukun yang tetap eksis di tengah masyarakat Korea yang modern menunjukkan bahwa agama rakyat Korea tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang. Ini menjadi bukti bahwa tradisi dan kepercayaan kuno masih memiliki tempat penting dalam kehidupan masyarakat Korea Selatan.