GAZA – Mantan Jenderal Israel, Yitzhak Brik, mengungkapkan bahwa Hamas telah mengalahkan militer Israel, yang selama ini dianggap sebagai kekuatan terkuat di Timur Tengah. Brik menyebut kekalahan ini sebagai "pukulan telak bagi pencegahan Israel," yang berpotensi memicu musuh-musuh Israel untuk mempersiapkan diri berperang.
Brik menyalahkan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas kerugian yang dialami di Gaza. Menurutnya, pemerintahan Netanyahu lebih mementingkan "kelangsungan hidup pribadi dan pemerintahan" mereka, sehingga "menuntun rakyat Israel ke bunuh diri massal."
Ia juga mengkritik strategi Angkatan Darat Israel yang terlalu fokus pada investasi besar-besaran pada angkatan udara, terutama pembelian pesawat mahal, dan kurang memperhatikan ancaman rudal serta pesawat nirawak murah yang dimiliki musuh.
Sebelumnya, Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, memperingatkan bahwa tentara Israel mengepung lokasi tempat tawanan Israel, Matan Zangauker, ditahan. Mereka menegaskan bahwa upaya pembebasan paksa dapat membahayakan nyawa tawanan. Hamas menyatakan bahwa jika tawanan tersebut terbunuh dalam upaya penyelamatan, tanggung jawab penuh akan berada di tangan tentara Israel.
Serangan Israel di Gaza sejak Oktober 2023 telah menewaskan hampir 55.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak. Kondisi ini memicu peringatan dari badan-badan bantuan tentang risiko kelaparan di antara lebih dari 2 juta penduduk Gaza.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional (ICJ) terkait tindakannya di Gaza.