Papua Nugini Siap Terima Vaksin Polio untuk Atasi Wabah

Papua Nugini (PNG) bersiap menerima pengiriman vaksin polio minggu depan, sebagai respons terhadap wabah yang diumumkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bulan lalu.

Menteri Kesehatan PNG, Elias Kapavore, mengkonfirmasi bahwa vaksin dijadwalkan tiba antara tanggal 16 dan 20 Juni. Hingga 6 Juni, tercatat 48 kasus kelumpuhan layuh akut (Acute Flaccid Paralysis/AFP) di 11 provinsi. AFP ditandai dengan kelemahan otot atau kelumpuhan mendadak. Dari jumlah tersebut, 20 kasus dinyatakan negatif polio, sementara 28 kasus masih dalam proses investigasi.

Pemerintah PNG memprioritaskan perlindungan anak-anak dari kelumpuhan dan mencegah penyebaran virus polio lebih lanjut. Untuk dua putaran kampanye vaksinasi, perkiraan biaya mencapai 88 juta kina (sekitar US$21,4 juta).

Sejauh ini, dana sebesar 74 juta kina telah diamankan melalui kontribusi dari pemerintah PNG dan Australia, serta Inisiatif Pemberantasan Polio Global. WHO dan UNICEF turut memberikan dukungan teknis dan logistik, termasuk pembiayaan penuh untuk pasokan vaksin nOPV2.

Dalam forum Majelis Kesehatan Dunia di Jenewa, Kapavore menegaskan komitmen PNG terhadap Inisiatif Pemberantasan Polio Global dan mendorong koordinasi lintas batas, terutama dengan Indonesia.

"Kaitan genetik dengan strain polio Indonesia menyoroti pentingnya penguatan kapasitas ketahanan hayati di perbatasan Papua Nugini–Indonesia," ujarnya. Ia menambahkan bahwa peningkatan pengawasan dan imunisasi di titik masuk perbatasan, melalui koordinasi antar departemen kesehatan, pertanian, pertahanan, imigrasi, dan keamanan perbatasan, sangat penting untuk mencegah penularan polio dan penyakit menular lainnya.

Kapavore juga meminta dukungan aktif dari anggota parlemen untuk kampanye vaksinasi dan peningkatan kesadaran di daerah pemilihan masing-masing.

Sementara itu, WHO menyoroti kekhawatiran atas kembalinya penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Negara-negara seperti Kamboja, Mongolia, Filipina, dan Vietnam melaporkan peningkatan kasus campak pada awal tahun 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Regional UNICEF untuk Asia Timur dan Pasifik, June Kunugi, menekankan bahwa campak dan polio sangat menular dan anak-anak adalah kelompok yang paling rentan akibat kesenjangan cakupan vaksinasi, keterlambatan perawatan, dan informasi yang salah. Kunugi menegaskan bahwa tidak ada anak yang seharusnya menderita atau meninggal karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah.

Scroll to Top