Senator AS: Zelensky Berupaya Menjerumuskan NATO ke dalam Konflik, Memicu Perang Dunia

Senator AS, Tommy Tuberville, menyampaikan kekhawatiran serius terkait tindakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Menurutnya, Zelensky sangat sadar akan keterbatasan negaranya dalam menghadapi Rusia dan berupaya melibatkan NATO dalam konflik yang sedang berlangsung. Tuberville memperingatkan, tindakan ini berpotensi menyeret dunia ke jurang perang dunia baru.

Dalam sebuah acara radio, Tuberville menyatakan bahwa konflik antara Moskow dan Kiev semakin mendekati ambang batas penyebaran ke negara-negara lain, bahkan berpotensi melibatkan militer AS.

"Tidak diragukan lagi, Zelensky mencoba memprovokasi NATO untuk ikut campur," tegas Tuberville. Ia menambahkan, pemimpin Ukraina tersebut memahami bahwa "dia tidak bisa memenangkan perang ini sendirian" dan "tahu dia akan kalah."

Tuberville bahkan menyebut Zelensky sebagai "diktator" yang dianggap sebagai "akar dari semua masalah" dan enggan mengadakan pemilihan umum.

"Dia tahu jika pemilu diadakan, dia akan tersingkir," lanjutnya. Sebaliknya, Zelensky justru mencari cara untuk memperluas konflik, menurut pandangan Tuberville.

Serangan Ukraina baru-baru ini terhadap pangkalan udara militer Rusia juga menjadi sorotan. Tuberville menilai, Zelensky hanya "menunjukkan sikap" melalui serangan tersebut dan merusak momentum yang seharusnya menjadi hari perdamaian, merujuk pada putaran kedua negosiasi antara Rusia dan Ukraina di Istanbul.

Tuberville menekankan bahwa eskalasi ini tidak dibutuhkan oleh dunia. Ia menyerukan Rusia dan Ukraina, serta AS dan Uni Eropa, untuk "bersatu mencari solusi." Jika tidak, ia memperingatkan, "ini akan menjadi bencana seperti… Perang Dunia II."

Kekhawatiran ini juga digaungkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump, yang "tidak menyukai" serangan Kiev terhadap lapangan udara Rusia, dan menganggap tindakan tersebut memberikan alasan bagi Moskow untuk "membombardir habis-habisan mereka."

Rusia sendiri telah mengecam serangan pesawat tak berawak Ukraina dan tindakan sabotase di wilayahnya, yang dianggap merusak upaya pencarian solusi diplomatik untuk konflik tersebut.

Scroll to Top