Obesitas bukan lagi masalah eksklusif negara-negara maju. Data terbaru menunjukkan bahwa negara-negara dari Timur Tengah hingga Kepulauan Pasifik kini berjuang melawan epidemi obesitas dengan tingkat yang mengkhawatirkan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Global Obesity Observatory mencatat bahwa negara-negara seperti Kiribati, Samoa, dan Mikronesia menduduki peringkat teratas dalam daftar negara dengan tingkat obesitas tertinggi. Pola makan kaya gula dan lemak, kurangnya aktivitas fisik, serta pengaruh budaya menjadi faktor pemicu utama.
Obesitas memiliki dampak serius, bukan hanya pada penampilan fisik, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, hipertensi, stroke, dan berbagai jenis kanker. Beban yang ditanggung sistem kesehatan nasional pun semakin berat, terutama di negara-negara dengan infrastruktur kesehatan yang belum memadai.
WHO mendefinisikan obesitas sebagai kondisi dengan indeks massa tubuh (BMI) 30 atau lebih. Meskipun BMI memiliki keterbatasan, alat ini tetap menjadi indikator umum untuk menilai risiko kesehatan populasi secara global.
Berikut adalah 10 negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia, dengan rata-rata 42,9 persen berdasarkan data terbaru:
10 Negara dengan Tingkat Obesitas Tertinggi:
Samoa: Peningkatan tajam obesitas sejak akhir 1970-an, didorong oleh perubahan pola makan dan penurunan aktivitas fisik. Lebih dari setengah populasi kini mengalami obesitas.
Kepulauan Marshall: Konsumsi minuman manis yang tinggi (dua atau lebih setiap hari) menjadi faktor utama. Kurangnya kebijakan publik yang kuat dalam mengendalikan pemasaran makanan tidak sehat memperburuk kondisi.
Kuwait: Gaya hidup tidak aktif dan konsumsi makanan cepat saji tinggi lemak menyebabkan hampir setengah populasi wanita (48%) dan 36% pria mengalami obesitas.
Kiribati: Terbatasnya akses air minum bersih mendorong konsumsi minuman manis berkarbonasi, menyebabkan lonjakan obesitas karena asupan gula yang tidak terkontrol.
Mikronesia: Transisi budaya dan ekonomi menyebabkan ketergantungan pada makanan impor dan olahan, menggantikan pola makan tradisional. Modernisasi mengurangi aktivitas fisik, meningkatkan angka obesitas.
Qatar: Urbanisasi pesat, pekerjaan kantoran, dan makanan tinggi kalori rendah nutrisi menyebabkan lonjakan obesitas. Tradisi makan besar juga berkontribusi.
Mesir: Inflasi pangan memaksa masyarakat mengonsumsi makanan murah tinggi kalori, gula, dan lemak, daripada makanan bernutrisi.
Kepulauan Bahama: Kesenjangan gender dalam obesitas, dengan prevalensi lebih tinggi pada wanita. Konsumsi makanan olahan tinggi dan minimnya aktivitas fisik menjadi penyebab utama.
Saint Kitts dan Nevis: Minuman manis adalah bagian penting dari konsumsi harian, terutama di kalangan remaja. Tingginya angka kematian akibat penyakit tidak menular dipicu oleh obesitas dan gaya hidup tidak sehat.
Polinesia Prancis: Bentuk tubuh gemuk masih dianggap simbol status dan kesejahteraan. Masifnya keberadaan restoran cepat saji di kota-kota memperparah masalah.