Jakarta – Suasana tegang menyelimuti Los Angeles (LA) setelah ratusan Marinir Amerika Serikat (AS) tiba di kota tersebut atas perintah Presiden Donald Trump. Keputusan ini memicu gelombang protes dari masyarakat dan meningkatkan kekhawatiran di kalangan pemimpin Demokrat, yang menganggapnya sebagai tindakan otoriter.
Sekitar 700 marinir kini berada di area persiapan di Seal Beach, sekitar 30 mil selatan Los Angeles, menunggu instruksi lebih lanjut. Pengerahan pasukan ini dilakukan di tengah berlangsungnya aksi protes publik yang telah berlangsung selama lima hari, dipicu oleh serangkaian penggerebekan imigrasi yang diluncurkan pemerintah pada Jumat (6/6).
Situasi semakin memanas ketika polisi berusaha membubarkan pengunjuk rasa di pusat kota Los Angeles. Wali Kota Karen Bass bahkan mempertimbangkan penerapan jam malam di beberapa wilayah pusat kota untuk meredakan ketegangan.
Gubernur California, Gavin Newsom, secara terbuka mengecam keputusan Presiden Trump, menyebutnya sebagai tindakan "gila". Dalam pernyataan yang diunggah di media sosial X, Newsom menegaskan bahwa Marinir AS seharusnya bertugas membela demokrasi di medan perang, bukan dikerahkan untuk menghadapi warga negara sendiri demi memenuhi ambisi seorang presiden yang bertindak layaknya diktator. Newsom menambahkan bahwa tindakan ini tidak mencerminkan nilai-nilai Amerika.
Selain mengerahkan Marinir, Trump juga telah mengaktifkan 4.000 pasukan Garda Nasional untuk membantu meredakan protes di Los Angeles, meskipun mendapat penolakan dari Gubernur Newsom. Langkah ini semakin memperdalam polarisasi dan memicu perdebatan tentang batas kekuasaan presiden dalam merespons demonstrasi publik.