Jakarta, 12 Juni 2025 – Kabar kurang menggembirakan datang dari Bank Dunia terkait prospek ekonomi Indonesia. Lembaga keuangan internasional ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2025 dan 2026, di tengah tantangan ekonomi global yang semakin berat akibat perang dagang.
Dalam laporan terbarunya, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 4,7% pada tahun 2025 dan 4,8% pada tahun 2026. Angka ini lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 5,1% untuk kedua tahun tersebut. Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia baru bisa kembali tumbuh 5% pada tahun 2027, namun masih lebih lambat dibandingkan pertumbuhan 5,3% yang dicapai pada tahun 2022.
Menurut Bank Dunia, ketegangan perdagangan yang dipicu oleh tarif tinggi dan ketidakpastian kebijakan pemerintah di berbagai negara menjadi penyebab utama pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi di hampir 70% negara di seluruh dunia.
"Ketegangan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan global ke titik terendah sejak 2008, kecuali saat resesi global," demikian pernyataan Bank Dunia.
Secara global, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi hanya akan mencapai 2,3% pada tahun 2025 dan 2,4% pada tahun 2026. Proyeksi ini juga lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 2,7% dan jauh di bawah realisasi pertumbuhan tahun 2022 sebesar 3,3% dan tahun 2023-2024 sebesar 2,8%.
Meskipun memperkirakan perlambatan, Bank Dunia meyakini resesi global tidak akan terjadi. Namun, jika proyeksi ini menjadi kenyataan, rata-rata pertumbuhan global selama tujuh tahun pertama dekade 2020-an akan menjadi yang paling lambat sejak periode 1960-an.
Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill, menekankan bahwa perlambatan ekonomi dunia akan menghambat pembangunan di negara-negara berkembang di luar Asia. Pertumbuhan di negara-negara berkembang telah menurun selama tiga dekade terakhir, dari 6% pada periode 2000-an menjadi 5% pada periode 2010-an, dan kini kurang dari 4% pada era 2020-an. Hal ini diperburuk oleh penurunan perdagangan global dan perlambatan investasi, sementara utang meningkat ke tingkat tertinggi sepanjang sejarah.
"Di luar Asia, dunia berkembang menjadi zona tanpa pembangunan," tegasnya. Perlambatan pertumbuhan akan menghambat upaya negara-negara berkembang dalam menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan ekstrem, dan memperkecil kesenjangan pendapatan per kapita dengan negara-negara maju.
Untuk menghindari skenario perlambatan ekonomi, Bank Dunia merekomendasikan agar negara-negara ekonomi utama meredakan ketegangan perdagangan. Jika perselisihan perdagangan diselesaikan dengan kesepakatan yang mengurangi tarif hingga setengah dari tingkat pada akhir Mei, pertumbuhan global akan meningkat rata-rata 0,2 poin persentase selama 2025 dan 2026.