Gerhana Matahari Buatan: Terobosan ESA Ungkap Misteri Korona Matahari

Jakarta – Gerhana Matahari Total adalah fenomena alam yang sangat dinantikan. Namun, Badan Antariksa Eropa (ESA) tak ingin bergantung pada siklus alam dan menciptakan solusi revolusioner: gerhana Matahari buatan yang bisa dihasilkan hampir setiap hari.

Alih-alih menunggu Bulan, ESA memanfaatkan teknologi canggih berupa dua pesawat ruang angkasa. Satu pesawat, dilengkapi perisai bundar, bertugas menciptakan bayangan di atas sensor khusus pada pesawat kedua.

Menguak Rahasia Korona Matahari

Dengan menghalangi cahaya terang Matahari, layaknya gerhana, para ilmuwan dapat mempelajari korona Matahari, lapisan atmosfer terluar yang biasanya tertutup silau. Korona sangat penting karena menjadi sumber angin Matahari, cuaca antariksa, dan lontaran massa korona (CME) dahsyat yang berpotensi mengganggu sistem komunikasi, elektronik, dan kelistrikan di Bumi.

Bagaimana Gerhana Buatan Diciptakan?

Misi Proba-3, yang diluncurkan pada September 2023, melibatkan dua satelit yang akan terpisah sejauh 150 meter di orbit Bumi. Satelit pertama, "Occulter", akan memproyeksikan bayangannya ke satelit "Coronagraph" dengan presisi tinggi. Ini memungkinkan Coronagraph mengukur atmosfer Matahari pada jarak 1,1 hingga 3 jari-jari Matahari dari bintang.

"Kedua pesawat ruang angkasa ini akan bekerja layaknya instrumen raksasa sepanjang 150 meter," jelas Direktur Teknologi, Teknik dan Kualitas ESA, Dietmar Pilz.

Keunggulan Gerhana Buatan

Berbeda dengan teleskop berbasis darat atau luar angkasa yang menggunakan cakram okultisme, pendekatan dua pesawat ruang angkasa ini meminimalkan difraksi, fenomena yang mengganggu gambar korona. Selain itu, gerhana buatan ini dapat berlangsung lebih lama, hingga enam jam setiap 19 jam 36 menit, saat pesawat mencapai puncak orbitnya yang sangat elips.

Dampak Masa Depan

Misi Proba-3 tidak hanya memberikan wawasan baru tentang korona Matahari, tetapi juga membuktikan konsep penerbangan formasi presisi tingkat milimeter. Teknologi ini membuka jalan bagi misi yang lebih besar, seperti radio raksasa di orbit dan susunan interferometri optik. Selain itu, pertemuan orbit yang tepat akan memungkinkan layanan satelit di orbit, memperpanjang umur infrastruktur ruang angkasa.

Scroll to Top