Jakarta – Ribuan orang turun ke jalan di New York City, Amerika Serikat, pada Selasa (10 Juni) untuk menyuarakan penolakan terhadap kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump. Aksi ini menyusul demonstrasi serupa yang berujung ricuh di Los Angeles, kota terbesar kedua di AS.
Aksi protes ini dipicu oleh serangkaian operasi penegakan hukum yang dilakukan oleh agen-agen Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai AS (ICE) terhadap individu yang dianggap sebagai migran ilegal atau anggota geng kriminal.
Di New York City, penangkapan sejumlah migran oleh aparat penegak hukum AS pada Jumat (6 Juni) pekan lalu memicu kemarahan publik.
"Tidak ada kebencian, tidak ada rasa takut, imigran diterima di sini," seru para demonstran di New York.
Massa aksi memulai demonstrasi di Foley Square, sebuah plaza di depan gedung pengadilan tempat beberapa migran ditangkap. Mereka kemudian bergerak ke area Lower Manhattan, sambil membawa poster bertuliskan "ICE, keluar dari New York".
Agen-agen federal ICE meningkatkan operasi mereka dalam beberapa minggu terakhir, menargetkan para migran yang tidak memiliki dokumen resmi di AS.
Seorang demonstran wanita, yang merupakan anak dari imigran tanpa dokumen sah dari Meksiko, menyatakan bahwa dirinya hadir untuk membela mereka yang tidak memiliki suara. Ia menegaskan bahwa negara ini tidak akan menjadi seperti sekarang tanpa kontribusi para imigran.
Seorang demonstran lainnya, Jacqueline, seorang wanita AS keturunan Meksiko berusia 23 tahun, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap keselamatan keluarganya. Ia tidak ingin hidup dalam masyarakat yang membuatnya takut akan kesehatan keluarganya.
Aksi unjuk rasa di New York berlangsung lebih damai dibandingkan dengan aksi protes di Los Angeles, yang diwarnai kerusuhan dengan pembakaran mobil serta bentrokan antara demonstran dan polisi setempat.
Situasi rusuh di Los Angeles sejak Sabtu (7 Juni) mendorong Trump untuk mengerahkan sedikitnya 4.000 tentara Garda Nasional dan sekitar 700 personel Marinir AS.
Wali Kota New York, Eric Adams, mengecam aksi kerusuhan di Los Angeles dan menegaskan bahwa tindakan serupa tidak akan ditoleransi di kotanya. Ia menyatakan bahwa Departemen Kepolisian New York (NYPD) siap untuk menangani segala potensi masalah, terutama dalam menghadapi perpecahan yang mendalam di masyarakat.