Indonesia tengah berupaya keras untuk memperluas jangkauan pasar produk unggulannya, termasuk minyak sawit, ke Eropa dan Eurasia. Dua perjanjian perdagangan besar, Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-EU CEPA) dan Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Area (I-EAEU FTA), ditargetkan selesai pada tahun 2025. Langkah ini diharapkan mampu mendongkrak daya saing Indonesia di tengah dinamika perdagangan global yang tidak menentu.
Percepatan perundingan ini akan membuka akses ke lebih dari 600 juta konsumen potensial di Uni Eropa dan Uni Ekonomi Eurasia. Pemerintah menargetkan penyelesaian kedua perjanjian ini pada tahun ini, sehingga manfaatnya dapat segera dirasakan oleh pelaku usaha dan masyarakat.
Perundingan CEPA dengan Uni Eropa telah berjalan sejak 2016 dan memasuki putaran ke-19 pada awal Juli 2024 di Bogor. Sementara itu, perundingan FTA dengan Uni Ekonomi Eurasia, yang dimulai pada akhir 2022, telah mencapai putaran ke-4 pada Maret 2024 di Armenia.
Industri kelapa sawit diproyeksikan akan menjadi salah satu sektor yang paling diuntungkan dari perjanjian ini. Dengan penghapusan tarif dan hambatan nontarif, produk sawit Indonesia memiliki peluang besar untuk mendapatkan kembali kepercayaan dan memperluas akses pasar di Eropa, yang selama ini menghadapi tantangan terkait isu keberlanjutan.
Kedua perjanjian perdagangan ini diharapkan dapat menurunkan hambatan bagi produk ekspor strategis Indonesia lainnya, seperti produk pertanian, tekstil, dan elektronik, sehingga meningkatkan daya saing di pasar Uni Eropa dan Eurasia.
Indonesia menyadari kekhawatiran dari mitra dagang, terutama Uni Eropa, terkait isu lingkungan. Oleh karena itu, kerja sama dengan Eropa dirancang secara komplementer, dengan fokus pada keseimbangan antara perdagangan dan perlindungan lingkungan. Perjanjian ini diharapkan dapat mendorong pembangunan berkelanjutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan.
