Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka sedikit melemah pada perdagangan hari ini, setelah dolar AS menunjukkan kestabilan menyusul tercapainya kerangka kesepakatan awal antara AS dan China untuk melonggarkan pembatasan ekspor.
Pada pembukaan perdagangan Rabu (11/6/2025), rupiah dibuka melemah tipis 0,03% di level Rp16.260 per dolar AS. Padahal, pada penutupan perdagangan sebelumnya, rupiah sempat menguat 0,03% ke level Rp16.265 per dolar AS.
Indeks dolar AS (DXY) terpantau menguat 0,02% ke angka 99,12 pada pukul 09:00 WIB. Sebelumnya, DXY juga mengalami kenaikan sebesar 0,16% di level 99,09.
Kestabilan dolar terhadap mata uang utama lainnya, termasuk rupiah, terjadi setelah AS dan China menyepakati kerangka kerja perjanjian perdagangan. Investor berharap kesepakatan ini dapat membuka jalan bagi penyelesaian perang dagang yang telah merugikan kedua ekonomi terbesar dunia tersebut.
Menteri Perdagangan AS mengumumkan bahwa pejabat AS dan China telah menyelesaikan pembicaraan di London dan sepakat untuk menghidupkan kembali gencatan senjata perdagangan yang sebelumnya dicapai di Jenewa.
Kerangka kerja tersebut mencakup penyelesaian pembatasan ekspor China terhadap mineral tanah jarang dan magnet, serta penghapusan beberapa pembatasan ekspor AS yang baru-baru ini diberlakukan.
Analis dari National Australia Bank mengingatkan bahwa detail kesepakatan ini sangat penting dan dapat membantu membangun kembali kepercayaan antara Presiden AS dan Presiden China. Namun, masih terlalu dini untuk memastikan bahwa kesepakatan perdagangan AS-China yang baru dan kuat akan segera terwujud.
Kekhawatiran investor terhadap kebijakan Presiden AS yang dinilai tidak menentu telah mendominasi sentimen pasar sepanjang tahun ini, memicu kekhawatiran resesi di AS dan berdampak negatif pada pertumbuhan global.
Hilangnya kepercayaan investor terhadap aset AS telah berdampak pada pelemahan dolar, yang telah turun lebih dari 8% sepanjang tahun ini.
Investor juga akan memantau laporan inflasi konsumen AS, yang dapat mencerminkan dampak tarif terhadap harga dan berpotensi memengaruhi arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) untuk sisa tahun ini.
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan minggu depan, dengan pasar memperkirakan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir tahun.