Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan mengambil langkah inovatif dalam menghadapi ancaman malaria: memberdayakan kader kesehatan di tingkat kelurahan dan RT. Strategi ini bertujuan untuk mempercepat dan mengefektifkan upaya pemberantasan malaria, menjangkau langsung hingga ke tingkat rumah tangga.
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, Alwiati, menjelaskan bahwa kader kesehatan kini memiliki peran lebih dari sekadar penyuluh. Mereka telah dilatih secara intensif untuk melakukan diagnosis dini dan memberikan pengobatan awal malaria.
"Kader menjadi garda terdepan. Mereka sigap bertindak begitu ada gejala. Jika perlu, pasien langsung dirujuk ke fasilitas kesehatan. Berkat kecepatan ini, kasus malaria berat hampir tidak ada lagi," ujarnya.
Kader Dibekali Kemampuan Tes Cepat
Para kader dilengkapi dengan Rapid Diagnostic Test (RDT), alat tes cepat yang memungkinkan deteksi malaria dalam hitungan menit. Mereka bahkan diberikan kewenangan terbatas untuk memberikan pengobatan malaria ringan, memungkinkan pengobatan dimulai secepat mungkin tanpa harus menunggu rujukan formal.
"Kader ini sangat mengenal warga mereka. Mereka tahu siapa yang sakit, siapa yang bergejala, dan siapa yang perlu segera diintervensi. Ini adalah bentuk desentralisasi layanan kesehatan yang sangat efektif," imbuh Alwiati.
Skrining Massal Radius 100 Meter
Selain menangani kasus individu, kader juga aktif melakukan penelusuran kasus. Jika ditemukan kasus positif di suatu wilayah, skrining massal akan dilakukan dalam radius 100 meter dari lokasi pasien.
Tujuannya adalah untuk memastikan tidak ada penularan lokal yang terlewat, mengingat malaria sering menyebar secara diam-diam.
"Kami tidak menunggu laporan. Begitu ada kasus, kami langsung turun dan periksa semua orang di sekitarnya. Ini bagian dari prinsip zero missed case, tidak boleh ada yang lolos," tegas Alwiati.
Pos Pemantauan di Lokasi Strategis
Upaya deteksi diperkuat dengan pos pemantauan di titik keluar masuk wilayah, seperti terminal, pelabuhan kecil, dan pasar. Langkah ini merespon temuan kasus malaria pada warga yang tidak pernah bepergian ke daerah endemis, mengindikasikan adanya potensi penularan lokal yang tidak terdeteksi.
Pengendalian Vektor dengan Penyemprotan Rumah
Pemkot Balikpapan juga melakukan pengendalian vektor malaria, yaitu nyamuk Anopheles, melalui penyemprotan dinding rumah (indoor residual spraying). Metode ini terbukti efektif mencegah perkembangan nyamuk hingga enam bulan.
"Penyemprotan ini sangat penting, terutama jika yang tertular adalah ibu rumah tangga yang jarang keluar rumah. Artinya, nyamuk pembawa parasit ada di sekitar rumah," jelas Alwiati.
Namun, pelaksanaan program penyemprotan masih terkendala akses jalan menuju wilayah sasaran yang rusak atau minim infrastruktur.
Masyarakat Sebagai Mitra Utama
Keterlibatan aktif masyarakat adalah kunci keberhasilan program. Pendekatan Pemkot berbasis partisipasi komunitas, menjadikan masyarakat mitra sejajar dalam pencegahan dan penanggulangan malaria.
"Kunci utama adalah kader. Semangat dan dedikasi mereka luar biasa. Tanpa mereka, kami tidak bisa menjangkau hingga ke rumah warga," kata Alwiati.
Ia optimis, dengan pola kerja ini, malaria dapat ditekan bahkan dieliminasi dalam beberapa tahun ke depan, dengan dukungan seluruh elemen masyarakat.