Timnas Indonesia Dibantai Jepang: Jurang Kualitas yang Memilukan

Kekalahan telak 0-6 dari Jepang di Osaka menjadi tamparan keras bagi sepak bola Indonesia. Hasil ini bukan sekadar kekalahan, melainkan bukti nyata bahwa level Timnas Indonesia masih jauh dari standar Piala Dunia. Jepang, yang kini pantas diperhitungkan sebagai calon juara dunia, menunjukkan kelasnya dengan performa dominan.

Perbedaan level antara kedua tim sangat mencolok, mungkin terpaut 3-4 tingkat. Jepang memperagakan sepak bola modern, efektif dalam menyerang maupun bertahan. Para pemain Samurai Biru bergerak dinamis, membuka ruang, dan mengalirkan bola dengan presisi tinggi. Mereka seolah tahu persis posisi dan pergerakan rekan setimnya.

Jepang juga mampu mengeksploitasi titik lemah pertahanan Indonesia. Dari 21 percobaan tembakan, 19 di antaranya dilakukan di dalam kotak penalti, menunjukkan betapa mudahnya lini belakang Garuda ditembus. Enam gol yang bersarang di gawang Emil Audero lahir dari skema serangan yang terencana dan dieksekusi dengan baik.

Serangan Jepang banyak difokuskan dari sisi kanan pertahanan Indonesia, yang menjadi celah paling rentan. Namun, gol-gol lainnya lahir dari kualitas individu pemain Jepang, seperti gol Daichi Kamada yang melewati Jay Idzes dan Hilgers, serta gol Shuto Machino usai menerima umpan lambung dari Takefusa Kubo.

Akurasi umpan Jepang mencapai 90,4 persen, bahkan di area pertahanan Indonesia pun mencapai 85,2 persen. Bukan hanya mahir dalam menyerang, Jepang juga sangat disiplin dalam transisi bertahan. Mereka melakukan pressing tinggi dan berhasil merebut bola dengan bersih, hanya melakukan 6 pelanggaran sepanjang laga.

Tim Samurai Biru bermain dengan strategi yang matang. Pemain lapis kedua pun mampu menjalankan instruksi pelatih Hajime Moriyasu dengan sempurna, membuat pertahanan Indonesia kocar-kacir.

Sebaliknya, Timnas Indonesia lebih sering berlari mengejar bola. Dengan penguasaan bola hanya 29 persen, para pemain Garuda lebih banyak menjadi pengejar bayangan lawan. Terlihat jelas tidak ada satupun tembakan yang mengarah ke gawang, serta akurasi umpan silang 0 persen.

Jarak antar pemain di setiap lini terlalu lebar, membuat serangan Indonesia tidak efektif. Entah karena strategi yang salah atau pemain yang tidak menjalankan instruksi dengan benar, Timnas Indonesia bermain tanpa arah yang jelas.

Perbedaan kualitas antara Jepang dan Indonesia sangat kentara. Jepang sudah mulai mendekati status calon juara di turnamen besar, sementara Indonesia masih berjuang untuk sekadar lolos ke Piala Dunia. Jepang berada di peringkat 15 dunia, sementara Indonesia masih berada di peringkat 123 dan berjuang untuk menembus 100 besar.

Scroll to Top