Menteri Agama RI memberikan klarifikasi terkait pemberitaan mengenai permintaan maaf dari Pemerintah Arab Saudi setelah pelaksanaan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Menag menegaskan bahwa dirinya tidak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut.
Dalam konferensi pers di Makkah, Menag menyatakan bahwa berita itu tidak benar. Ia menjelaskan bahwa jika ada kekurangan dalam penyelenggaraan ibadah haji, permohonan maaf datang dari pihak Indonesia, bukan dari Pemerintah Arab Saudi.
Menyinggung soal kepadatan yang terjadi di Muzdalifah selama puncak haji, Menag menjelaskan bahwa masalah ini tidak hanya dialami oleh jamaah haji Indonesia, tetapi juga dirasakan oleh jamaah dari negara lain. Kepadatan tersebut menyebabkan keterlambatan dalam pemberangkatan jamaah haji Indonesia.
Terkait adanya jamaah haji Indonesia yang memilih berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina, Menag menjelaskan bahwa hal ini disebabkan karena kekhawatiran akan panas. Banyak jamaah, terinspirasi dari kelompok jamaah lain, memutuskan untuk berjalan kaki.
Padahal, petugas haji telah meyakinkan bahwa bus penjemput akan tiba. Namun, karena ketidaksabaran, banyak jamaah memilih berjalan kaki sejauh kurang lebih 4 kilometer. Menag menambahkan, ketika jamaah sudah berjalan kaki, sulit untuk mengidentifikasi bus mana yang seharusnya menjemput mereka.