Gelombang Perubahan di Pasar Batu Bara
Bloomberg mewartakan, Tiongkok berpotensi mengurangi impor batu bara berkualitas rendah. Indikasi ini menjadi sentimen kurang baik bagi negara pengekspor seperti Indonesia. Faktor penyebabnya adalah kelebihan pasokan di dalam negeri dan upaya Tiongkok memperketat aturan terkait emisi karbon.
China Huadian Corp., salah satu pembangkit listrik raksasa di Tiongkok, memperkirakan total impor batu bara Tiongkok di tahun 2025 hanya akan mencapai 400 juta ton. Angka ini merosot tajam dari rekor impor tahun 2024 sebesar 543 juta ton. Estimasi ini bahkan lebih rendah dari proyeksi yang dikeluarkan oleh China Coal Transportation and Distribution Association sebelumnya.
Menurut analis dari asosiasi tersebut, impor batu bara termal Tiongkok telah mengalami penurunan selama tiga bulan berturut-turut hingga Mei 2025. Tren penurunan ini diperkirakan akan semakin cepat di sisa tahun ini.
Meskipun demikian, data dari Kpler menunjukkan bahwa impor batu bara termal di Asia sempat naik 8,1% secara bulanan pada Mei 2025, mencapai 74,12 juta ton. Peningkatan ini terjadi di tengah penurunan harga batu bara dari Indonesia dan Australia akibat peningkatan pasokan domestik di Tiongkok dan India. Namun, secara kumulatif selama lima bulan pertama tahun 2025, impor batu bara termal di Asia masih turun 7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Perusahaan batu bara yang berpotensi terkena dampak dari kebijakan Tiongkok ini adalah PTBA, KKGI, INDY, dan BYAN. Perusahaan-perusahaan ini memiliki eksposur ke pasar Tiongkok dan menjual batu bara dengan kalori rendah.
Berita Gembira Dividen: PTBA dan ANTM Bagi-bagi Rezeki
- PTBA: Para pemegang saham Bukit Asam telah menyetujui pembagian dividen untuk tahun buku 2024 sebesar 3,8 triliun rupiah atau 332 rupiah per saham. Angka ini setara dengan 75% dari laba bersih dan menghasilkan dividend yield sebesar 11,1%.
- TPIA: Siam Cement Public Company Limited (SCC) dari Thailand sedang mempertimbangkan untuk menjual 10,57% sahamnya di Chandra Asri Pacific. Langkah ini sejalan dengan strategi perusahaan untuk mengurangi utang dan mengalokasikan modal ke peluang bisnis lain.
- ANTM: Aneka Tambang juga akan membagikan dividen untuk tahun buku 2024 sebesar 3,6 triliun rupiah atau 151,77 rupiah per saham. Rasio pembayaran dividen mencapai 100%, dengan dividend yield sebesar 4,8%.
- ASII: Astra International mencatat penurunan penjualan mobil wholesales sebesar 17% secara tahunan pada Mei 2025. Akibatnya, market share ASII turun menjadi 56,9%.
- ADHI: Adhi Karya mencatatkan nilai kontrak baru sebesar 2,6 triliun rupiah selama lima bulan pertama tahun 2025, turun 72% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
- HRTA: Hartadinata Abadi akan membagikan dividen sebesar 21 rupiah per saham, dengan dividend yield sebesar 3,3%.
- SMRA: Summarecon Agung juga akan membagikan dividen senilai 9 rupiah per saham, menghasilkan dividend yield sebesar 2,1%.
Sorotan Lainnya
- Indeks keyakinan konsumen (IKK) Indonesia turun ke level terendah sejak September 2022.
- Inflasi indeks harga konsumen (IHK) di AS mencapai 2,4% secara tahunan pada Mei 2025.
- BPI Danantara mempertimbangkan investasi pada proyek pengelolaan sampah pemerintah.
- Presiden Prabowo Subianto akan mengunjungi Presiden Rusia Vladimir Putin.
- Impor CPO India naik 84% secara bulanan pada Mei 2025.
- PAM Mineral (NICL) akan membagikan dividen interim sebesar 15 rupiah per saham.
- Fajar Surya Wisesa (FASW) berencana menggelar rights issue untuk pembayaran sebagian pinjaman dan modal kerja.