Indonesia Hadapi Empat Tantangan Utama dalam Pemberantasan Malaria

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan kemajuan signifikan dalam upaya pemberantasan malaria di Indonesia. Namun, beberapa tantangan krusial masih menghadang.

Meskipun angka kasus sempat meningkat dari 217.025 pada tahun 2015 menjadi 239.733 pada tahun 2025, kabar baiknya adalah 407 dari 514 kabupaten/kota di Indonesia telah berhasil membebaskan diri dari malaria. Artinya, sekitar 79% wilayah Indonesia sudah bebas malaria. Akan tetapi, keberhasilan penuh eliminasi malaria di Indonesia, bahkan di seluruh Asia Pasifik, sangat bergantung pada keberhasilan di Tanah Papua.

Data menunjukkan bahwa hingga tahun 2024, 93% atau sekitar 508.120 kasus malaria secara nasional berasal dari Tanah Papua. Papua Tengah menjadi penyumbang terbesar dengan 31% atau sekitar 168.278 kasus. Kabupaten Mimika mencatat angka tertinggi, mencapai 95,9% atau sekitar 161.402 kasus.

Kemenkes mengidentifikasi empat tantangan utama yang dihadapi dalam penanganan malaria:

  1. Lebih dari 90% kasus malaria nasional berasal dari Papua, dengan tingkat deteksi kasus yang masih rendah (sekitar 54% dari perkiraan).
  2. Sekitar 20% kasus ditemukan pada kelompok populasi migran, yang menghambat proses eliminasi di kabupaten/kota dengan endemisitas rendah.
  3. Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria dilaporkan di daerah yang sebelumnya telah dinyatakan bebas malaria.
  4. Implementasi pendekatan One Health untuk pengelolaan kesehatan lingkungan dan pengendalian vektor belum optimal.

Pentingnya Pendekatan Lingkungan dan Vektor

Direktur Penyakit Menular Kemenkes menekankan perlunya pendekatan holistik yang tidak hanya fokus pada manusia, tetapi juga pada lingkungan dan vektor pembawa penyakit.

Pendekatan terhadap manusia melibatkan intervensi langsung kepada individu atau kelompok masyarakat untuk mencegah, mendeteksi, dan mengobati infeksi malaria secara tepat dan efektif.

Pendekatan lingkungan bertujuan untuk mengubah atau memperbaiki kondisi lingkungan agar tidak mendukung perkembangbiakan nyamuk Anopheles, vektor malaria. Tujuannya adalah mengurangi kontak antara manusia dan nyamuk.

Pendekatan vektor berfokus pada pengendalian dan pemutusan siklus hidup nyamuk Anopheles, pembawa parasit malaria.

Ketiga pendekatan ini sangat penting untuk diterapkan di Indonesia. Kemenkes mencatat adanya peningkatan kasus malaria dalam sepuluh tahun terakhir, sehingga penanganan yang komprehensif sangat dibutuhkan.

Meskipun demikian, Kemenkes tetap optimis bahwa malaria adalah penyakit yang dapat dideteksi, diobati, dan dicegah, sehingga eliminasi malaria tetap memungkinkan.

Scroll to Top