Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyambut baik kolaborasi dengan Jakarta Animal Aid Network (JAAN) Domestik Indonesia dalam upaya menanggulangi penyebaran rabies di wilayah tersebut.
Sekertaris Dinas PKH Manggarai Barat, Emerensi Jemat, menekankan bahwa kerjasama ini sangat penting sebagai wadah sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang rabies dan dampaknya. Hal ini diungkapkannya dalam forum diskusi dan perencanaan yang melibatkan komunitas, seniman, dan tokoh berpengaruh yang diselenggarakan oleh JAAN Domestik Indonesia di Labuan Bajo.
Emerensi menambahkan, penanganan rabies pada hewan pembawa rabies (HPR) akan lebih efektif jika melibatkan berbagai pihak, termasuk LSM, pecinta hewan, komunitas, media, dan masyarakat luas. Pencegahan penularan rabies tidak hanya fokus pada penanganan dampak, tetapi juga pada peningkatan kesadaran masyarakat untuk secara aktif melakukan upaya pencegahan, seperti vaksinasi rabies.
"Rabies sangat berbahaya karena bersifat zoonosis. Jika kita digigit anjing, ada potensi terinfeksi rabies, sehingga memerlukan penanganan oleh petugas kesehatan dengan vaksin anti rabies," jelasnya.
Data menunjukkan, sejak tahun 2021 hingga 2024, tercatat 20 kasus rabies di Kabupaten Manggarai Barat. Kasus terbanyak terjadi pada tahun 2023 dengan 11 kasus. Dinas PKH terus berupaya melakukan vaksinasi untuk mencegah penularan rabies. Hingga saat ini, realisasi vaksinasi di Kabupaten Manggarai Barat mencapai 76,6% atau sebanyak 15.196 ekor HPR yang terdiri dari anjing, kucing, dan kera.
Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat memiliki stok vaksin yang cukup dan berencana melakukan pengadaan tambahan di tahun 2025. Selain vaksinasi dan kolaborasi, Pemkab juga menjalankan program inovasi "Kunjungan Rumah Berantas Rabies (Kumbara)" untuk menekan laju penyebaran rabies.
Chief Operating Officer JAAN Domestik Indonesia, Merry Ferdinandez, menyoroti pentingnya pencegahan dan penanganan rabies serta kesadaran tentang kesejahteraan hewan. "Kami ingin membantu NTT dan Manggarai Barat dalam pengendalian penyebaran rabies dengan pendekatan kesejahteraan hewan," ujarnya.
Merry juga menambahkan, kolaborasi berbagai pihak sangat diperlukan agar masyarakat semakin sadar dan bersama-sama menanggulangi rabies, mengingat masih ada masyarakat yang enggan melakukan vaksinasi HPR.
"Resistensi dari masyarakat atau kepercayaan pada mitos menjadi tantangan bagi petugas kesehatan hewan. Rabies adalah zoonosis, tetapi dapat dicegah mulai dari hewannya. Oleh karena itu, kami membutuhkan kerjasama dengan semua pihak untuk berkolaborasi," pungkasnya.