Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas kembali bersinar, menembus level tertinggi dalam lebih dari sebulan. Ketegangan geopolitik global dan harapan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menjadi pendorong utama kenaikan ini.
Pada perdagangan Kamis (12 Juni 2025), harga emas global melonjak 0,92% ke level US$3.384,05 per troy ons. Bahkan, sempat menyentuh US$3.398,86 per troy ons, mendekati angka psikologis US$3.400. Penguatan ini melanjutkan tren positif selama dua hari berturut-turut, dengan total kenaikan mencapai 1,9%.
Pada Jumat (13 Juni 2025) pukul 06.18 WIB, harga emas di pasar spot tercatat menguat tipis 0,02% di posisi US$3.384,81 per troy ons.
Sentimen positif terhadap emas diperkuat oleh data ekonomi AS yang menunjukkan perlambatan. Indeks harga produsen (PPI) AS pada Mei hanya naik 0,1% (mtm), lebih rendah dari perkiraan. Secara tahunan, PPI naik 2,6%, lebih tinggi dari 2,5% pada April 2025.
Data ini meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya pada kisaran 4,25%-4,50% pada pertemuan mendatang. Pasar juga memperkirakan The Fed akan mulai melonggarkan kebijakan moneternya pada September.
Saat ini, pelaku pasar melihat peluang 80% untuk penurunan suku bunga The Fed pada bulan September, dengan potensi penurunan kedua segera setelah Oktober.
Di tengah kondisi ini, mantan Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan kritik terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell, menyebutnya sebagai "bodoh" karena belum menurunkan suku bunga. Trump mengklaim bahwa penurunan suku bunga sebesar 2% akan menghemat US$600 miliar per tahun.
Selain sentimen suku bunga, harga emas juga dipengaruhi oleh perkembangan negosiasi dagang global. Trump menyatakan kesediaannya untuk memperpanjang batas waktu 8 Juli dalam pembicaraan perdagangan, tetapi yakin hal itu tidak akan diperlukan.