Tragedi Pesawat Air India: Boeing 787 Jatuh Tak Lama Setelah Mengudara dari Ahmedabad

Sebuah pesawat Boeing 787-Dreamliner milik Air India mengalami kecelakaan tragis sesaat setelah lepas landas dari Kota Ahmedabad, India. Pesawat yang telah beroperasi selama 12 tahun ini, lepas landas pada pukul 13.38 waktu setempat. Penyebab jatuhnya pesawat masih dalam penyelidikan, dengan dugaan awal meliputi perubahan arah angin secara tiba-tiba, gangguan mesin, atau kemungkinan tabrakan dengan burung.

Tim investigasi dari Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India sedang melakukan analisis mendalam untuk mengungkap penyebab pasti kecelakaan ini.

Menurut pengamatan mantan pilot Angkatan Udara AS yang juga konsultan keselamatan penerbangan komersial, pesawat tersebut terlihat telah mencapai kecepatan yang dibutuhkan untuk lepas landas, namun belum mencapai ketinggian yang memadai. Indikasi ini mengarah pada kemungkinan rotasi yang sangat lambat atau hilangnya daya sesaat setelah pesawat terangkat dari landasan.

Beberapa skenario yang mungkin terjadi meliputi masalah pada sistem tenaga atau kinerja mesin, berat pesawat yang melebihi batas, konfigurasi trim atau flap yang tidak tepat, atau kegagalan sistem yang lebih serius yang mempengaruhi kemampuan pesawat untuk menanjak. Faktor-faktor lain seperti cuaca, perubahan angin, atau bahkan benturan dengan burung juga tidak dapat diabaikan dalam tahap awal investigasi ini.

Seorang mantan pilot senior berpendapat bahwa rekaman yang beredar menunjukkan kemungkinan pesawat mengalami beberapa kali tabrakan dengan burung yang mengakibatkan kedua mesin kehilangan tenaga. Menurutnya, proses lepas landas berjalan normal, namun pesawat mulai kehilangan ketinggian sebelum roda pendaratan ditarik, mengindikasikan hilangnya tenaga mesin atau daya angkat.

Pembacaan ketinggian yang rendah dan kecepatan yang tinggi pada saat-saat terakhir sebelum kecelakaan mungkin mengindikasikan lintasan hidung pesawat yang terlalu curam atau stall yang terjadi segera setelah lepas landas. Situasi ini mirip dengan kecelakaan serupa di masa lalu, di mana faktor mekanis atau lingkungan, ditambah dengan gangguan pada daya angkat, menyebabkan hilangnya kendali selama atau segera setelah lepas landas.

Data penerbangan yang ada saat ini belum cukup untuk menentukan penyebab utama kecelakaan, namun mengindikasikan adanya masalah yang terjadi saat pesawat mulai terbang. Pesawat tampaknya tidak pernah mencapai ketinggian yang seharusnya, dan apa pun yang terjadi, terjadi dengan sangat cepat pada fase penerbangan yang paling kritis.

Analisis dari Forum Pilot

Dalam diskusi di forum pilot, para ahli penerbangan menduga bahwa Turbin Udara Ram (RAT), turbin angin darurat pesawat, mungkin telah digunakan sesaat sebelum kecelakaan. Data yang direkam setiap 30 detik menunjukkan bahwa pesawat tetap berada di darat atau melaju perlahan selama lebih dari empat menit setelah pertama kali terdeteksi pada pelacak publik.

Data pelacakan penerbangan awal menunjukkan bahwa pesawat hanya mencapai ketinggian 625 kaki setelah lepas landas, jauh di bawah standar untuk pesawat komersial beberapa menit setelah lepas landas. Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil India melaporkan bahwa pesawat mengirimkan panggilan darurat (mayday) beberapa saat sebelum kecelakaan terjadi.

Kondisi Cuaca Saat Keberangkatan

Seorang profesor ilmu atmosfer dari sebuah universitas terkemuka mengamati bahwa kondisi cuaca di bandara saat keberangkatan tampaknya sangat baik. Jarak pandang baik, angin bertiup sepoi-sepoi dari arah barat, dan tidak ada cuaca buruk di sekitarnya. Suhu saat itu mendekati 40°C dan cuaca cerah. Tidak ada indikasi bahwa turbulensi atau kondisi cuaca lainnya menjadi faktor penyebab kecelakaan.

Seorang ketua keselamatan dari universitas lain menilai kecelakaan ini mengejutkan karena terjadi sebelum pesawat mencapai ketinggian 200 meter. Pilot biasanya dapat membatalkan lepas landas hingga titik tertentu, sehingga masalah tampaknya muncul secara tiba-tiba di bagian akhir putaran lepas landas atau segera setelah lepas landas, dan cukup serius sehingga tidak dapat diatasi. Kejadian ini mengejutkan mengingat sistem redundansi pada pesawat, termasuk kemampuan untuk lepas landas hanya dengan satu mesin.

Scroll to Top