Kepanikan melanda pasar keuangan Asia. Mayoritas mata uang regional tertekan terhadap dolar AS akibat meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Iran.
Pada Jumat (13/6/2025) pukul 10:47 WIB, pergerakan mata uang Asia menunjukkan tren pelemahan. Won Korea memimpin pelemahan dengan terjun bebas 1,03%, disusul rupee India yang tertekan 0,68%, dan ringgit Malaysia yang melemah 0,59%. Yen Jepang menjadi satu-satunya mata uang yang mencatatkan penguatan tipis sebesar 0,02%.
Sentimen negatif ini dipicu oleh laporan serangan besar-besaran Israel terhadap program nuklir dan kepemimpinan militer Iran. Operasi militer ini menyasar puluhan target vital dan memicu kekhawatiran investor. Akibatnya, terjadi pergeseran dana dari aset berisiko menuju aset aman seperti franc Swiss, yen Jepang, dan dolar AS.
Indeks dolar AS (DXY) pagi ini tercatat menguat 0,31% ke level 98,23, mengindikasikan penguatan mata uang Paman Sam.
Israel mengklaim bertanggung jawab atas serangan militer yang menyasar sejumlah target strategis di Iran, termasuk fasilitas nuklir dan pusat produksi rudal. Operasi yang dinamai "Rising Lion" ini bertujuan untuk menghambat pengembangan senjata nuklir oleh Iran.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa negaranya telah memasuki "momen penentu dalam sejarah" dan akan melanjutkan serangan ke Iran dalam beberapa hari mendatang. Ia menegaskan bahwa target utama adalah ilmuwan Iran yang terlibat dalam pengembangan bom nuklir, program rudal balistik, serta fasilitas pengayaan uranium di Natanz.