GAZA – Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, mengumumkan telah melumpuhkan 50 anggota milisi Palestina yang bekerja sama dengan Israel di Jalur Gaza. Pernyataan ini muncul setelah laporan media Israel mengungkap intervensi pasukan Israel untuk melindungi kelompok bersenjata tersebut di Rafah.
Bentrokan sengit meletus antara Hamas dan milisi yang dipimpin oleh Yasser Abu Shabab, sosok yang dikenal karena keterlibatannya dalam kejahatan terorganisir di Rafah. Milisi ini, yang menyebut diri mereka Anti-Terror Service atau Popular Forces, mengklaim telah menerima persenjataan dari Israel untuk mengamankan distribusi bantuan dari perbatasan Kerem Shalom.
Menurut pernyataan milisi Abu Shabab, Hamas telah membunuh lebih dari 50 sukarelawan mereka, termasuk kerabat pemimpin mereka, saat mereka mengawal konvoi bantuan dan mendistribusikan pasokan yang seharusnya ditujukan untuk pihak-pihak korup yang terkait dengan Hamas. Mereka juga mengklaim telah membersihkan sisa-sisa bahan peledak dari area tersebut, yang mengakibatkan hilangnya anggota mereka.
Pejabat pertahanan Israel sebelumnya mengakui telah memasok senjata kepada kelompok Abu Shabab sebagai upaya untuk "melemahkan Hamas".
Sebuah laporan dari stasiun i24 menyebutkan bahwa drone Angkatan Udara Israel menembak empat militan Hamas, dalam serangan yang bertujuan melindungi milisi Abu Shabab. Media Ynet melaporkan bahwa milisi Abu Shabab juga menyergap unit "Panah" Hamas, satuan yang bertugas mengeksekusi para kolaborator Israel, dan menewaskan enam anggotanya.
Hamas mengecam Abu Shabab sebagai pengkhianat. Mereka menyatakan bahwa jika bukan karena campur tangan angkatan udara Zionis untuk melindungi Yasser Abu Shabab, ia sudah berada dalam tahanan mereka. Hamas berjanji akan memburu para pengkhianat, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan, dan menegaskan bahwa perlindungan Israel tidak akan berlangsung lama.
Abu Shabab, yang dijuluki "agen Israel" di media sosial Gaza, sebelumnya dipenjara oleh Hamas atas tuduhan perdagangan narkoba. Ia melarikan diri dari penjara ketika perang pecah pada 7 Oktober 2023. Saat ini, ia memimpin lebih dari 100 orang bersenjata di Rafah timur.
Analis Israel memperingatkan bahwa keputusan Israel untuk mempersenjatai milisi Abu Shabab dapat memicu perang saudara di Gaza.
Hingga saat ini, militer Israel belum memberikan komentar atas klaim Hamas. Situasi di Rafah tetap tegang, dengan kekhawatiran akan eskalasi baru jika kedua pihak terus bertempur di tengah krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung.