Pemulangan jemaah haji Indonesia dari Tanah Suci telah dimulai sejak 11 Juni 2025, menandai berakhirnya rangkaian ibadah haji tahun ini. Penerbangan dilakukan bertahap dari Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (Madinah) dan Bandara King Abdul Aziz (Jeddah) menuju berbagai embarkasi di seluruh Indonesia.
Sayangnya, proses pemulangan ini diwarnai dengan keterlambatan penerbangan. Ketua Tim Pengawas Haji DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, mengungkapkan keprihatinannya atas masalah ini, khususnya keterlambatan yang dialami jemaah pada penerbangan Saudi Arabian Airlines di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah.
"Baru awal pemulangan, sudah ada masalah. Ada penundaan dari Saudi Arabian Airlines. Kemungkinan serupa bisa terjadi juga pada Garuda," ujarnya di Makkah.
Cucun menyoroti kurangnya perhatian terhadap jemaah yang terdampak penundaan. Beberapa jemaah harus menunggu hingga enam jam di bandara tanpa pendampingan yang memadai dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Ia menekankan pentingnya kesiapan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Daerah Kerja (Daker) Jeddah dalam menghadapi situasi darurat.
"Jangan sampai jemaah terlantar tanpa makanan selama berjam-jam. Kepala Daker Jeddah harus menyiapkan skenario darurat agar masalah seperti ini bisa segera diatasi," tegasnya.
Lebih lanjut, Cucun menekankan perlunya koordinasi yang kuat antara PPIH bidang transportasi dengan maskapai penerbangan. Tujuannya adalah memastikan kelancaran proses pemulangan dan ketepatan waktu penerbangan.
"Usahakan tidak ada lagi keterlambatan. Komunikasi antara PPIH dan maskapai harus ditingkatkan agar jemaah bisa pulang dengan nyaman, aman, dan tepat waktu," pungkasnya.