Kasus Stroke Meningkat di Kalangan Muda: Apa Pemicunya?

Stroke, penyakit serius yang dapat menyebabkan cacat permanen hingga kematian, menunjukkan peningkatan kasus di kalangan usia muda. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 per 1.000 penduduk. Stroke juga menjadi salah satu penyakit dengan beban biaya kesehatan tertinggi, mencapai Rp 5,2 triliun pada tahun 2023. Meskipun umumnya menyerang usia 40 tahun ke atas, kini stroke semakin sering menghantui generasi muda. Apa saja faktor pemicunya?

Faktor-faktor Pemicu Meningkatnya Kasus Stroke pada Usia Muda:

1. Peningkatan Kualitas Pencatatan Data

Salah satu alasan utama peningkatan kasus stroke di kalangan muda adalah sistem pencatatan data yang semakin baik. Pelaporan kasus yang lebih cepat dan komprehensif memungkinkan identifikasi kasus yang lebih akurat. Eksposur media yang tinggi juga berperan dalam meningkatkan kesadaran dan pelaporan kasus stroke.

2. Kemajuan Teknologi Deteksi Dini

Perkembangan teknologi deteksi medis yang semakin canggih memungkinkan diagnosis stroke lebih dini, bahkan pada usia muda. Hal ini membantu dalam mengidentifikasi risiko stroke dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat. Deteksi dini juga memungkinkan penanganan stroke yang lebih efektif dan mengurangi dampak jangka panjangnya.

3. Perubahan Gaya Hidup yang Tidak Sehat

Gaya hidup memiliki pengaruh signifikan terhadap risiko stroke. Pola makan generasi muda saat ini cenderung mengonsumsi makanan cepat saji yang tinggi gula, lemak, dan garam. Kebiasaan ini meningkatkan risiko berbagai faktor pemicu stroke, seperti diabetes, obesitas, dan tekanan darah tinggi.

4. Kondisi Genetik Bawaan: Moya-Moya

Kondisi genetik bawaan seperti moya-moya juga dapat menjadi penyebab stroke pada usia muda. Moya-moya adalah kelainan genetik yang memengaruhi pembuluh darah otak, terutama arteri karotis interna. Penyempitan atau penyumbatan arteri ini mengurangi aliran darah ke otak dan memicu pembentukan pembuluh darah kecil yang rapuh. Seseorang dengan riwayat keluarga moya-moya memiliki risiko stroke yang lebih tinggi. Diperkirakan prevalensi moya-moya di Indonesia serupa dengan negara lain, sekitar 0,5 per 100 ribu orang.

Scroll to Top