Harga emas melambung tinggi dan mencetak rekor baru di tengah gejolak dan ketegangan yang meningkat di Timur Tengah. Investor bergegas mencari perlindungan dalam aset-aset aman setelah serangan udara Israel terhadap Iran memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.
Pada perdagangan Jumat (3/6/2025), harga emas ditutup pada US$ 3.432,19 per troy ons, melonjak 1,42% dalam sehari. Kenaikan ini memperpanjang reli emas selama tiga hari berturut-turut dengan total penguatan mencapai 3,3%. Penutupan kemarin juga menandai rekor harga tertinggi sepanjang masa, melampaui rekor sebelumnya di US$ 3.424,30 per troy ons yang tercatat pada 21 April 2025.
Meskipun demikian, harga intraday tertinggi pada perdagangan Jumat mencapai US$ 3.446,2 per troy ons, masih di bawah rekor intraday tertinggi sepanjang sejarah di US$ 3.500,05 yang tercipta pada 22 April 2025. Penutupan kemarin juga mengembalikan harga emas ke level US$ 3.400 untuk pertama kalinya sejak 6 Mei 2025. Dalam sepekan, harga emas melonjak 3,7%.
Eskalasi konflik antara Israel dan Iran menjadi pemicu utama kenaikan harga emas. Serangan Israel ke Iran pada Jumat pagi dibalas oleh Iran dengan menggempur Tel Aviv. Ketegangan semakin memuncak dengan saling melancarkan serangan rudal, yang memicu kepanikan di pasar global.
Emas sering dianggap sebagai aset safe haven, terutama di masa ketidakpastian ekonomi dan ketegangan geopolitik. Emas juga cenderung menguat dalam lingkungan suku bunga rendah.
Proyeksi Harga Emas: Menuju US$ 4.000?
Beberapa analis memproyeksikan harga emas akan terus meningkat. Goldman Sachs mempertahankan proyeksinya bahwa pembelian emas yang kuat oleh bank sentral akan mendorong harga emas ke $3.700/ons pada akhir 2025 dan $4.000 pada pertengahan 2026. Bank of America (BofA) bahkan melihat peluang emas naik ke $4.000/ons dalam 12 bulan ke depan.
Di pasar fisik, permintaan emas di pusat-pusat utama Asia melemah karena harga melonjak. Namun, beberapa analis tetap berhati-hati untuk memprediksi rekor tertinggi baru dalam waktu dekat, meskipun harga emas telah menembus level resistance jangka pendek.
Konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Iran mendukung peran emas sebagai aset aman, tetapi kenaikan harga yang dipicu oleh geopolitik umumnya bersifat sementara.
Beberapa analis menilai bahwa konflik Israel/Iran mungkin mampu mempertahankan harga di atas US$3.400, tetapi tidak akan mendorong harga lebih tinggi tanpa eskalasi lebih lanjut.
Saat ini, emas mengungguli dolar AS, yang kesulitan menarik arus aset aman. Indeks dolar AS terakhir diperdagangkan di 98,13, turun 1% dari pekan lalu. Volatilitas diperkirakan akan berlanjut, tetapi tren naik jangka panjang untuk emas dan perak tetap solid. Faktor-faktor struktural jangka panjang tetap mendukung harga yang lebih tinggi.
Perkembangan geopolitik baru-baru ini menegaskan mengapa emas layak menjadi bagian dari portofolio sebagai lindung nilai di lingkungan yang tidak pasti. Peluang emas untuk naik masih terbuka, terutama karena para pengelola cadangan devisa terus mendiversifikasi kepemilikan mereka.