Rupiah Tertekan Sentimen Global dan Domestik

JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan pada penutupan perdagangan Jumat (13/6), tergerus 61 poin atau sekitar 0,38% menjadi Rp16.303 per dolar AS.

Pelemahan ini dipicu oleh beberapa faktor. Pertama, meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, terutama setelah serangan Israel terhadap Iran, memicu sentimen risk-off di pasar. Investor cenderung menghindari aset berisiko dan beralih ke aset yang lebih aman seperti dolar AS.

Kekhawatiran akan potensi peningkatan tarif oleh Presiden Donald Trump juga membebani rupiah. Trump mengisyaratkan kenaikan tarif otomotif, menimbulkan ketidakpastian baru dalam perdagangan global.

Di sisi domestik, Bank Indonesia (BI) memperkirakan adanya peningkatan kinerja penjualan ritel pada Mei 2025, tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang diproyeksikan tumbuh 2,6% year on year (yoy) mencapai level 234,0. Peningkatan ini didorong oleh kelompok barang budaya dan rekreasi, makanan, minuman, dan tembakau, serta subkelompok sandang.

Namun, secara bulanan, penjualan ritel pada Mei 2025 diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 0,6% month to month (mtm), meskipun tidak sedalam kontraksi pada bulan sebelumnya. Beberapa kelompok yang mengalami peningkatan penjualan adalah perlengkapan rumah tangga lainnya dan barang budaya dan rekreasi, sejalan dengan peningkatan permintaan pada periode libur HBKN Waisak dan Kenaikan Yesus Kristus.

Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan akan menurun dalam tiga dan enam bulan mendatang, sebagaimana tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Juli dan Oktober 2025 yang masing-masing tercatat lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.300 – Rp16.350 per dolar AS.

Scroll to Top