Teripang: Si Penjaga Laut yang Berpotensi Melawan Kanker

Teripang, hewan laut yang sering disebut timun laut, ternyata menyimpan potensi besar di bidang medis. Hewan invertebrata ini, yang dikenal karena perannya membersihkan dasar laut, kini menjadi fokus penelitian terkait pengobatan kanker.

Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa senyawa gula unik yang terdapat dalam teripang memiliki kemampuan luar biasa dalam menghambat enzim Sulf-2. Enzim ini dikenal berperan penting dalam pertumbuhan dan penyebaran sel kanker.

Para ilmuwan menemukan bahwa glikan, struktur mirip rambut di permukaan sel manusia yang berperan dalam komunikasi sel dan respons imun, dapat dimodifikasi oleh enzim Sulf-2 pada sel kanker. Modifikasi ini memfasilitasi penyebaran kanker. Dengan menghambat enzim tersebut, penyebaran kanker secara teoritis dapat dicegah.

Melalui pemodelan komputer dan pengujian laboratorium, tim peneliti mengidentifikasi kondroitin sulfat fucosilasi dari teripang Holothuria floridana sebagai penghambat Sulf-2 yang efektif. Teripang jenis ini banyak ditemukan di perairan Florida, Teluk Meksiko, Bahama, dan Karibia.

Keunggulan senyawa teripang ini dibandingkan obat pengatur Sulf-2 lainnya adalah tidak menyebabkan pembekuan darah. Ini menjadikannya kandidat yang lebih aman dan potensial untuk terapi kanker berbasis laut. Selain itu, ekstraksi senyawa dari teripang juga minim risiko penularan virus atau agen berbahaya lainnya, berbeda dengan ekstraksi dari hewan darat.

Meskipun menjanjikan, ketersediaan teripang yang terbatas menjadi tantangan. Para ilmuwan berencana untuk mengembangkan jalur sintesis kimia untuk memproduksi senyawa ini dalam jumlah yang cukup untuk penelitian lebih lanjut, termasuk pengujian pada model hewan. Penemuan ini membuka harapan baru dalam pengembangan terapi kanker yang inovatif dan lebih aman, memanfaatkan kekayaan laut yang belum banyak terjamah.

Scroll to Top