Teknologi kecerdasan buatan (AI) kembali menunjukkan keajaibannya, kali ini dalam membantu pasangan yang kesulitan memiliki anak. Sebuah terobosan monumental di Columbia University Fertility Center, Amerika Serikat, berhasil mewujudkan kehamilan seorang wanita dengan bantuan teknologi AI canggih. Kabar gembira ini menjadi secercah harapan bagi para pejuang garis dua yang telah lama menantikan kehadiran buah hati.
Teknologi revolusioner ini bernama STAR (Sperm Tracking And Recovery), sebuah sistem AI yang berfungsi layaknya detektif sperma. STAR dirancang khusus untuk memindai jutaan gambar dengan kecepatan tinggi guna menemukan sperma langka dari pria yang mengalami azoospermia, kondisi di mana sperma hampir tidak ditemukan dalam air mani. Kondisi ini seringkali menjadi kendala besar dalam program bayi tabung (IVF).
Bagaimana STAR Bekerja?
STAR menggabungkan algoritma AI, mikroskop resolusi tinggi, dan chip mikrofluidik untuk "berburu" sperma. Sistem ini bekerja dengan menganalisis sampel air mani dan mengidentifikasi sperma hidup berdasarkan gerakan atau karakteristik visualnya. Hebatnya, STAR juga mampu belajar dari data visual, sehingga semakin lama digunakan, semakin akurat dalam mendeteksi sperma sehat. Proses ini jauh lebih efisien dibandingkan pencarian manual yang memakan waktu dan belum tentu berhasil.
Kisah Inspiratif: 19 Tahun Penantian Berbuah Manis
Rosie dan suaminya menjadi pasangan pertama yang berhasil hamil berkat STAR. Setelah hampir 19 tahun berjuang dan menjalani 15 kali IVF yang gagal, harapan mereka nyaris pupus. Sang suami didiagnosis dengan azoospermia, membuat peluang kehamilan secara alami sangat tipis.
Namun, berkat STAR, tim medis berhasil menemukan 44 sperma aktif dari sampel testis suaminya dalam waktu kurang dari satu jam. Sperma tersebut kemudian digunakan untuk membuahi sel telur Rosie melalui proses IVF. Keajaiban pun terjadi, Rosie akhirnya hamil untuk pertama kalinya.
Keberhasilan ini membuka babak baru dalam dunia fertilitas, tidak hanya membantu pasangan dengan kasus kompleks, tetapi juga membuktikan bahwa AI dapat memberikan dampak positif yang signifikan dalam bidang kedokteran.
Saat ini, STAR masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut dan hanya tersedia di Columbia University. Namun, dengan potensi yang luar biasa, diharapkan teknologi ini akan segera diadopsi oleh pusat-pusat fertilitas lainnya di seluruh dunia, memberikan harapan baru bagi jutaan pasangan yang mendambakan kehadiran buah hati.