Pekan ini, pasar mata uang global diwarnai dinamika yang cukup signifikan, dipicu oleh meningkatnya tensi antara Israel dan Iran. Dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan kekuatannya, sementara rupiah harus rela tertekan.
Indeks dolar, yang menjadi tolok ukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama lainnya, mengalami peningkatan tajam. Pada penutupan perdagangan Jumat (13/6/2025), indeks dolar berada di level 98,18, naik signifikan dibandingkan posisi hari Kamis. Sentimen "safe haven" kembali mendorong permintaan terhadap dolar, seiring kekhawatiran investor terhadap eskalasi konflik geopolitik.
Namun, di tengah dominasi dolar, beberapa mata uang justru bersinar. Euro mencatatkan kinerja terbaik dengan lonjakan nilai 1,36% sepanjang pekan. Franc Swiss juga tampil impresif dengan penguatan 1,28%. Di kawasan Asia, Baht Thailand memimpin penguatan mata uang.
Pelemahan justru dialami oleh Shekel Israel, yang anjlok 3,2% setelah konflik Israel-Iran mencuat. Pelemahan ini mencerminkan aksi jual besar-besaran oleh investor yang khawatir terhadap dampak perang. Sementara itu, Rial Iran terpantau stabil.
Bagaimana dengan rupiah? Mata uang Garuda ditutup pada level Rp 16.290 per dolar AS pada Jumat (13/6/2025), melemah tipis 0,12% dalam sepekan. Level penutupan ini merupakan yang terendah sejak 22 Mei 2025, menunjukkan tekanan yang dihadapi rupiah di tengah ketidakpastian global.