Sejumlah ahli hubungan internasional memberikan pandangan mengenai absennya kunjungan Presiden China, Xi Jinping, ke Indonesia dalam rangkaian turnya di Asia Tenggara. Padahal, tensi perang dagang dengan Amerika Serikat sedang memanas.
Dalam lawatannya kali ini, Xi Jinping mengunjungi Vietnam, Kamboja, dan Malaysia. Ini menjadi perjalanan perdananya ke luar negeri pada tahun 2025. Vietnam dan Malaysia adalah pengimpor produk China terbesar di Asia Tenggara, sementara Kamboja menjadi fokus investasi infrastruktur China.
Indonesia, sebagai mitra dagang utama China, bahkan pernah disebut Xi Jinping sebagai negara yang senasib sepenanggungan.
Analis dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, Waffaa Kharisma, menyatakan bahwa tidak ada alasan khusus mengapa Xi Jinping tidak mampir ke Jakarta. Ia menduga hal ini berkaitan dengan masalah penjadwalan dan perbedaan waktu.
"Jika melihat jadwal tur Xi Jinping, secara geografis masih banyak kesempatan untuk bertemu Indonesia di lain waktu. Jadi, seharusnya tidak ada dampak signifikan terhadap hubungan China dan Indonesia," ujar Waffaa.
Tur Xi Jinping ke tiga negara ASEAN berlangsung dari tanggal 14 hingga 18 April. Sementara itu, Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, melakukan kunjungan ke Timur Tengah dan Turki pada tanggal 9 hingga 14 April. Kunjungan Prabowo ini salah satunya bertujuan untuk membahas agresi Israel di Gaza dan memperkuat hubungan dengan negara-negara tersebut.
Kunjungan kepala negara biasanya direncanakan jauh-jauh hari dengan mempertimbangkan waktu yang tepat untuk pertemuan langsung.
Senada, pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Sya’roni Rofii, berpendapat bahwa kunjungan ini murni karena perbedaan jadwal. "Saya kira tidak ada alasan strategis yang menyebabkan China melewati Indonesia. Kunjungan kepala negara biasanya diagendakan jauh hari sebelumnya," ungkap Sya’roni.
Jika ada rencana kunjungan Xi Jinping ke Indonesia, pemerintah akan menawarkan waktu yang paling sesuai.
Baik Sya’roni maupun Waffaa sepakat bahwa kunjungan Xi Jinping ke Asia Tenggara tanpa menyertakan Indonesia kali ini tidak akan mempengaruhi hubungan bilateral. Investasi China di Indonesia juga diperkirakan tidak akan terganggu, dan Indonesia akan tetap dianggap sebagai mitra strategis. Waffaa juga menilai tidak ada momentum atau inisiatif yang berpotensi merenggangkan hubungan kedua negara.
Para ahli juga menyoroti bahwa kunjungan Xi Jinping ke tiga negara ASEAN ini bertujuan untuk membangun konsolidasi di tengah perang dagang dengan Amerika Serikat.
"Fungsinya adalah mengajak untuk tetap berpegang pada prinsip pasar terbuka dan mengurangi kemungkinan terjadinya efek domino proteksionisme," kata Waffaa.
Amerika Serikat telah menjatuhkan tarif kepada Vietnam, Kamboja, dan Malaysia. China menjadi satu-satunya negara di Asia yang berani melawan kebijakan AS tersebut.