Badan Antariksa Eropa (ESA) mencatat sejarah baru dengan keberhasilan menciptakan gerhana matahari buatan pertama di dunia melalui misi Proba-3. Dua satelit yang beroperasi secara sinkron di luar angkasa berhasil mereplikasi fenomena gerhana matahari secara mandiri, sebuah pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Diluncurkan pada 5 Desember 2024 dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, India, menggunakan roket PSLV-XL milik Badan Antariksa India (ISRO), misi ini melibatkan kolaborasi dari 14 negara anggota ESA dan Kanada. Satelit yang satu berperan sebagai penghalang cahaya (occulter), sementara yang lain sebagai pengamat (coronagraph). Keduanya mengorbit dengan jarak yang sangat presisi, sekitar 150 meter, untuk menghasilkan efek gerhana total.
Keunggulan gerhana buatan ini terletak pada durasinya yang lebih panjang dan frekuensi kejadiannya. Tidak seperti gerhana alami yang hanya berlangsung beberapa menit dan terbatas pada lokasi tertentu, gerhana buatan Proba-3 dapat bertahan hingga enam jam penuh dan terjadi dua kali setiap minggunya.
Data yang diperoleh dari gerhana buatan ini sangat penting untuk memahami korona matahari, lapisan luar atmosfer matahari yang memengaruhi cuaca luar angkasa dan aktivitas geomagnetik di Bumi. Pengamatan ini memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari lebih detail tentang sumber angin matahari dan lontaran massa koronal (CME), yang berpotensi mengganggu komunikasi satelit, jaringan listrik, dan navigasi penerbangan.
Teknologi canggih yang digunakan dalam misi Proba-3, termasuk sistem navigasi otomatis, pengukuran laser, GPS, dan pengambilan gambar bintang, memastikan posisi kedua satelit tetap stabil selama pembentukan gerhana. Hal ini menjadi fondasi penting untuk pengembangan observatorium satelit masa depan yang dapat beroperasi dengan tingkat presisi tinggi dalam formasi kelompok.
Di awal tahun 2025, ESA mengonfirmasi keberhasilan pelaksanaan gerhana buatan pertama Proba-3. Gambar awal yang diambil menunjukkan detail struktur dan pergerakan plasma matahari yang belum pernah terlihat sebelumnya. Keberhasilan ini melengkapi observasi dua gerhana parsial alami yang terjadi pada 29 Maret dan 21 September 2025.
Proba-3 membuka era baru dalam pengamatan Matahari. ESA tidak hanya memperluas pengetahuan ilmiah, tetapi juga menunjukkan kekuatan kolaborasi internasional dan kemajuan teknologi dalam membuka perspektif baru tentang alam semesta.