Heboh Beasiswa LPDP Putri Anies Baswedan, Ini Faktanya!

Polemik beasiswa LPDP yang diraih Mutiara Annisa Baswedan, putri mantan Gubernur DKI Jakarta, memicu perdebatan sengit. Narasi yang berkembang menyebutkan bahwa Mutiara, atau Tia, dituduh merebut hak beasiswa yang seharusnya diperuntukkan bagi mereka yang kurang mampu.

Namun, fakta menunjukkan bahwa sejumlah pesohor tanah air yang notabene berasal dari keluarga berada juga pernah menerima beasiswa serupa tanpa menimbulkan kegaduhan. Sebut saja Maudy Ayunda, Tasya Kamila, Isyana Sarasvati, Gita Gutawa, Alisya Soebandono, dan Rachel Amanda.

Lantas, apa yang membedakan kasus Mutiara?

Kunci utama terletak pada pemahaman mengenai jalur beasiswa LPDP. Terdapat dua jalur utama: reguler dan afirmasi. Jalur reguler terbuka bagi seluruh Warga Negara Indonesia tanpa memandang status ekonomi. Persyaratan utamanya adalah memenuhi kualifikasi akademik yang ketat, termasuk IPK dan kemampuan bahasa. Jalur ini mengutamakan prestasi, sehingga persaingan sangat kompetitif. Maudy Ayunda, misalnya, berhasil menembus LPDP melalui jalur reguler berkat kecerdasannya.

Sementara itu, jalur afirmasi dirancang khusus untuk memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan bantuan tambahan, seperti kondisi keuangan yang sulit, berasal dari daerah terpencil, atau memiliki disabilitas. Persyaratan IPK dan kemampuan bahasa pada jalur ini lebih fleksibel.

Dengan demikian, semua warga negara Indonesia, kaya maupun miskin, memiliki kesempatan yang sama untuk meraih beasiswa LPDP.

Mayoritas penerima beasiswa LPDP adalah mahasiswa S2 dan S3, yang umumnya berusia di atas 20 tahun. Pada usia ini, idealnya seorang anak sudah mandiri secara finansial. Pemberian beasiswa LPDP kepada anak-anak dari keluarga berada yang berprestasi justru mendorong kemandirian dan menghindarkan mereka dari ketergantungan finansial pada orang tua.

Terlebih lagi, penerima beasiswa LPDP memiliki kewajiban untuk mengabdi kepada Indonesia setelah lulus. Dalam kasus Mutiara, meskipun memiliki peluang untuk meraih beasiswa di luar negeri tanpa kewajiban tersebut, ia memilih LPDP. Hal ini mengindikasikan keinginannya untuk berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Sayangnya, polemik ini juga memicu munculnya mentalitas "crab mentality" di kalangan netizen. Ketika seseorang meraih pencapaian, selalu ada pihak-pihak yang berusaha meremehkan atau mencari-cari kesalahan. Bahkan, ada yang sebelumnya menyebut ayah Mutiara miskin, namun kini menuduhnya kaya.

Lebih lanjut, ada pula yang meremehkan jurusan yang diambil Mutiara di Harvard. Padahal, jika memang semudah itu, mengapa anak-anak dari tokoh-tokoh penting lainnya tidak ada yang berhasil menembus Harvard?

Scroll to Top